Pages

Optimasi google apps

Selama ini saya hanya memakai aplikasi google email saja dan Gtalk untuk chatting. Itupun untuk email hanya send dan receive saja. Setelah ada kebutuhan untuk memanage resource dan berkolaborasi lebih lanjut, barulah saya sadar ternyata google apps ini sangat powerful untuk keperluan tersebut. Saya hanya belum mengoptimasi fitur yang ada, dan setelah saya membongkar fitur yang ada, barulah saya sadar dan memutuskan untuk menggunakan google apps untuk aktifitas homeschooling. Terima kasih kepada google yang telah membuat google apps for education.
Saya telah mencoba dan mengaplikasikan membuat jadwal aktifitas homeschooling, to do list, reminder, appointment, berbagi pakai document seperti presentasi, word, spreadsheet, video, membuat announcement, portofolio, gallery, progress report, dokumentasi kegiatan, lesson plan dan seterusnya.
Alhamdulillah, google apps for education Insya Allah akan kami implementasikan untuk semester akhir ini.

Melawan Mental block

Para motivator menyebutnya mental block, ada yang mengungkapkannya sebagai hambatan psikologis, ada juga yang mengistilahkan kendala imaginer. Apapun sebutannya, substansi masalahnya adalah sama yaitu adanya pikiran negatif yang membuat terhambatnya kita untuk melakukan sesuatu.

Beberapa tahun lalu saya mengalami hal ini. Sewaktu di milis yang saya ikuti, ada praktisi yang menceritakan tentang homeschooling. Begitu naturalnya mereka menceritakan kisah yang mengasyikkan. Memang orang yang "walk the talk" ketika mereka bercerita akan terasa hidup dan bergelora karena mereka berbicara mengenai apa yang sudah mereka lakukan.
Begitu nyata contohnya dan Masya Allah begitu menakjubkan hasil hasil yang ditunjukkan anak anak Homeschooling di komunitas mereka. Membuat urat syaraf saya bersatu untuk menekan hipofisis agar otak menyuruh agar saya melakukan HS untuk anak anak saya.

Tentu saja, ada bagian di otak saya yang melawan pemikiran ini. Saya tidak tahu tepatnya dimana, yang jelas bagian ini memunculkan pemikiran pemikiran yang melemahkan keinginan saya untuk homeschooling. Dengan lihai, bagian ini memunculkan pertanyaan pertanyan, seperti: "apakah kamu bisa ngajarin anak?", "Kamu kan bukan lulusan keguruan?", "nanti anak anak sosialisasinya gimana?", "ntar ijazahnya gimana?", "apa nggak susah nanti cari pekerjaan?" , dan seterusnya......

Hmmmh.. Tulisan pak Iqbal tentang kendala imaginer sangat bagus menjelaskan tentang hal ini. Saya akan bercerita pengalaman tentang melawan mental block ini.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengumpulkan pertanyaan2 bernada negatif tadi. Setelah terkumpul, saya investigasi (melalui studi literatur atau konsultasi dengan praktisi) untuk menemukan jawaban pertanyaan tadi. Contohnya: pertanyaan tentang bagaimana anak2 HS mendapat ijazah. Ternyata setelah mengumpulkan informasi, mendapatkan ijazah semudah anak2 sekolah di sekolah konvensional.
Langkah kedua, setelah mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya mengenai HS, maka saya menciptakan atmosfir HS dengan mengikuti komunitas HS. Datang pada acara acaranya. Berinteraksi dengan praktisi yang sudah pengalaman. Dan jangan malu bertanya kepada mereka.

Langkah ketiga, informasi ini saya distribusikan kepada anak anak secara perlahan, membawa dan mengenalkan mereka ke anak2 HS di acara komunitas tsb.
Langkah keempat, langkah ini yang menjadi pilar penting dan yang paling utama yang harus dilakukan sebelum, sedang dan setelah serta terus menerus yaitu berdoa agar diberikan kekuatan untuk menjalaninya.

Sebenarnya langkah ini saya copy paste sewaktu saya sedang melawan mental block untuk menjadi wirausahawan. Alhamdulillah saya berhasil melewatinya, dan puncaknya pada pensiun dini tahun kemarin, walau setelah itu saya memutuskan untuk kembali bekerja kantoran di negeri sebrang untuk mencoba berpetualang di universitas kehidupan.

Insya Allah langkah langkah di atas bisa dicoba untuk melawan mental block untuk melakukan sesuatu agar bergerak dari zona nyaman ke zona nyaman lain.. Selamat move on....

Repot tapi bahagia

Sudah banyak yang bilang kepada kami pertanyaan pertanyaan seperti ini,”punya anak yang jaraknya deket deket apalagi empat orang, apa gak repot tuch?” atau “wah, kasian ibunya tuh repot ngurusin rumah ditambah anak anak”. Seperti yang sudah sudah, kami menanggapi saja dengan senyum dikulum..   Siapa bilang tidak repot, memang kami repot sekali terutama sang ibunya anak anak tercinta. Akan tetapi, kami jalani saja dengan sepenuh hati.
Oleh karena itulah pertama kali yang saya bayangkan ketika kami sama sama merantau ke negeri seberang adalah chaos (lihat tulisan saya tentang refleksi 20 hari petualangan ) Betapa tidak, di rantau tidak ada lagi mbak nya anak anak yang bantu bantu kami mencuci, menyeterika, dan membereskan rumah yang acak acakan selepas anak anak bermain. Hanya tinggal kami berdua yang mendidik anak anak, memasak, mencuci, menyeterika, membereskan rumah, dan seterusnya. Alhamdulillah kami dikaruniai anak anak yang kooperatif yang membantu pekerjaan rumah. Cerita mengenai ini saya tulis di blog http://learningwithabiandummi.blogspot.com
Sedikit sekali waktu, terutama bagi ibunya anak anak untuk muroja’ah hapalan, membaca buku, mendengar kajian, mengupdate knowledge, dan sebagainya. Alhamdulillah dengan sedikitnya waktu itu menjadikan kami mengisi waktu dan memanage waktu dengan sangat menikmatinya.
Contohnya saja waktu yang kami isi ketika jumat pagi jam 8 sampai dengan jam 10, ketika ketiga anak anak saya mengikuti TPA. Kami isi dengan mengupdate ilmu pedagogy, pendidikan, dan lainnya. Sambil menunggu anak anak di kelas, kami berada di mobil. Alhamdulillah pada jam jam ini, si kecil jadwalnya menyusui hingga tertidur, ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang dingin. Jadi saya membacakan buku dan point point penting dari isi buku kepada istri yang sedang menyusui dan menggendong si kecil. Kami sempatkan berdiskusi kecil kecilan, kadang saya tanya ke istri (untuk mengetes apakah beliau dengar uraian saya dan mengerti….. dosen mode on… hehehe)
Ada lagi waktu yang bisa kami gunakan bersama, seperti hari sabtu jam 12.30 sampai jam 2 siang (waktunya ketiga anak anak TPA). Jika ada literature atau artikel atau berupa ebook, saya akan pegang netbook agar dapat dibaca dengan mudah oleh istri saya yang sambil menyusui dan menggendong si kecil.
Sungguh Rasulullah sang tauladan telah memperingatkan kita: “Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari, no: 5933)”  Jadi sungguh merugi orang yang menyia nyiakan waktu luangnya dengan bersantai dan tidak melakukan aktifitas positif dan produktif untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhiratnya.
Hmmmm.. Mudah mudahan kita dapat mengisi waktu waktu dengan amal shalih. Aamiin… Kembali ke topik, bagi yang telah bertanya kepada kami atau yang akan bertanya kepada kami pertanyaan pertanyaan serupa di atas, jawaban kami adalah… “Repot memang, tapi kami bahagia”

Musim dingin

musim-dingin
Sekarang musim dingin di sini. Saya lihat suhu pada siang tengah hari sekitar 24 derajat celcius. Sejuk sekali angin berhembus menerpa kulit. Alhamdulillah, ini membuat lebih hemat bahan bakar, sebab AC mobil tidak dinyalakan. Tapi, saya tidak tahu suhu waktu malam, sebab saya tidak mengukurnya. Daripada mengukur, mendingan berkemul dengan selimut tebal. Hehehe
 
Inilah saatnya outing dengan keluarga di taman, di corniche, dan lain lain. Akan tetapi, pekan ini dan pekan depan adalah jadwalnya UAS bagi anak anak kami. Jadi, kami fokus untuk persiapan ujian. Cerita mengenai ini saya tulis di pekan UAS.
 
Kebalikan dari musim panas yang lama siangnya lama, musim dingin ini siangnya sebentar. Subuh itu sekitar jam 4.35 AM, sedangkan Maghrib sekitar jam 4.40 PM. Hal ini membuat anak anak bertanya,"Abi kok disini jam 5 sore sudah shalat maghrib sih?". Walhasil, setelah googling sedikit mengenai jenis musim, diterangkanlah mengenai hal ini sesederhana mungkin, yaitu point point penting yang bisa ditangkap oleh anak anak. Akhirnya anak anak berceloteh, "wah enak dong kalo puasa disini, buka nya cepet".. :-)
 
Rasanya baru kemarin saja, saya disambut oleh gerimis hujan sewaktu kedatangan pada malam pertama di negeri ini. Setelah itu, musim panas pun menerpa, waktu berlalu cepat. Hingga datanglah musim dingin ini kembali. Hmmm... Bener ya ungkapan waktu laksana pedang, jika kita tidak memanfaatkan waktu itu, dia akan menebasmu. Jika kita tidak memanfaatkan waktu ini dengan kegiatan yang positif, maka waktu itu akan berlalu dengan sia sia.
 
Back to topic, ayo anak anak semangat mengerjakan ujian yaa..... Setelah itu kita bermain di luar, menikmati musim dingin.....