Visi, kata yang sangat favorit sehingga semua trainer dan pakar motivator menggunakan kata ini sebagai salah satu materi pelatihan. Diilhami dari tulisan buku-buku mereka itulah, penulis mencoba menginterpretasikan makna visi tetapi dalam perspektif yang berbeda.
Visi adalah pandangan dan tujuan masa depan, baik itu jangka pendek, menengah atau panjang. Periode waktunya kita yang menentukan, misalnya dalam tiga tahun kedepan kita berencana ingin punya rumah. Lalu dalam sepuluh tahun kedepan kita mempunyai perusahaan sendiri. Itulah contoh visi seseorang.
Uswah (suri tauladan) dan qudwah kita yaitu Rasulullah pada 1400 tahun lalu telah mengajarkan kepada kita tentang visi seorang muslim. Kita dapat belajar dari sahabat Nabi yang benar-benar mengimplementasikan apa yang telah mereka pelajari langsung dari sang murabbi pilihan Allah. Kita harus membaca sirah dan perjalanan hidup mereka sehingga kita bisa menarik kesimpulan dan mengambil pelajaran bahwa mereka adalah pribadi-pribadi pilihan Allah dan Rasulnya, person yang mempunyai visi jauh kedepan dan misi yang menghunjam ke tanah dan membumi sehingga dapat diaktualisasikan ke dalam keseharian mereka.
===========================================
Baca untuk menambah pemahaman:
Apa saja yang harus diperbuat seorang muslim untuk dirinya
Untukmu yang berjiwa hanif: Latih terus jiwamu untuk akhlak yang lebih baik!
Inilah Amalan harian muslim sepanjang zaman
Kata-kata motivasi untuk Perbaikan Diri
===========================================
Mereka benar-benar mengimplementasikan ilmu yang didapat dari Rasulullah sang tauladan, setiap ayat yang turun kepada mereka dengan serta merta mengucapkan "sami'na wa ato'na" (kami dengar dan kami patuh). Lalu setiap orang dari mereka memahami,menghapalkan, serta mendistribusikan ilmu yang mereka dapat kepada keluarga dan masyarakat mereka. Pantaslah mereka diberi gelar khairu ummah alias ummat terbaik yang menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar. Itulah gambaran kondisi masyarakat Islam pada saat itu.
Di dalam surat Al-Qashshash:77 (QS.28:77) Allah berfirman:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".
Lewat inspirasi ayat di atas, maka seharusnya keridhaan Allah di akhirat adalah tujuan akhir kita. Bertemu dengan Allah yang Maha Rahim di akhirat adalah setinggi-tinggi nikmat yang dirasakan oleh kaum mukminin. Oleh karena itu segala perilaku dan tindak tanduk kita harus dilihat dengan kacamata agama. Umpamanya kalau kita berdagang di pasar, orang yang melihat dengan kacamata dunia akan mempunyai tujuan untuk mengambil laba sebesar-besarnya, tidak peduli dengan cara yang ditempuhnya apakah dengan menipu atau berbuat curang, yang penting untung besar. Sebaliknya, jika kita memakai kacamata agama, Insya Allah perdagangan itu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Bagaimana tidak? Sang pedagang itu mengejar keuntungan dengan cara yang halal agar bisa menabung dan mengembangkan dagangannya, dan apabila hartanya sudah mencapai nishab dan haulnya maka dia segera mengeluarkan zakatnya.
Melalui tulisan ini, saya mengingatkan kepada diri saya sendiri dan para pembaca sekalian. Marilah kita mengikuti suri tauladan kita dengan mempunyai visi dalam kehidupan ini, yaitu sukses di dunia dan sukses di akhirat. Sukses di dunia berarti tercapainya target-target yang dipancangkan di dalam hati kita, sukses di akhirat berarti bertemunya kita dengan Allah yang Rahman di kampung akhirat nanti.
written by:
Abu Afra
Dzulqa'idah 1426H/Desember 2005