Pages

Time management

Manajemen waktu, kata yang sering aku dengar dan sering pula aku acuhkan. Bersyukur aku kepada Allah yang menganugerahi kesukaan membaca. Tema tentang time management itulah yang aku angkat sebagai pembelajaran kepada diriku setelah membaca biografi orang-orang sukses.

Nabi Muhammad adalah Al-qur’an berjalan karena seluruh akhlak Al-qur’an tercermin pada pribadinya yang mulia. Allah bersumpah di dalam Al-qur’an menggunakan waktu, ini berarti waktu adalah sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia. Di dalam surat Al Mu’minun disebutkan tentang ciri-ciri orang beriman yang salah satunya tidak melakukan perbuatan yang laghwi (sia-sia), ini artinya orang mukmin harus pandai memanfaatkan waktu.

Oleh karena itulah sebaik-baik orang yang mempergunakan waktu adalah tauladan kita Nabi Muhammad (semoga shalawat dan salam terlimpah kepadanya). Terukir di lembar sejarah betapa bijaknya Rasul menggunakan waktu. Bagaimana beliau sebagai suami bagi istri-istrinya, bagaimana beliau sebagai panglima perang, beliau sebagai pendidik, beliau sebagai hamba Allah, dan seterusnya.

Begitu juga dengan para sahabat dan generasi salaf yang shalih, tercatat melalui tinta emas bahwa mereka sangat meneladani Rasul termasuk cara menggunakan waktu yang tidak akan pernah kembali kepadanya.

Ada tips menggunakan waktu secara optimal yang aku dapat dari beberapa sumber. Pertama yang harus kita lakukan adalah membuat tujuan / goal sesuai visi dan misi dalam hidup ini. Kedua adalah membagi tujuan-tujuan tersebut berdasarkan target waktu tercapainya tujuan itu, biasanya adalah tujuan jangka panjang (misalnya 10 tahun kedepan), tujuan jangka menengah ( misalnya 5 kedepan), dan tujuan jangka pendek (misalnya 1 tahun kedepan).

Setelah melakukan hal di atas, langkah yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Proses ini biasanya dinamakan proses pengaturan strategi untuk pencapaian tujuan. Lalu, tahap inilah yang paling krusial, yaitu action (mengimplementasikan strategi yang sudah kita tetapkan).

Contohnya adalah kalau kita menargetkan dalam satu bulan harus hapal juz ke 30 Al-qur’an, harus mengurangi berat badan sebesar 4 kg, dan mendapatkan 100 $ dari internet marketing. Dalam 30 hari dan seharinya terdapat 24 jam, kita harus menyisihkan tiga point tujuan di atas di dalam keseharian kita. Aktifitas rutinitas harian kita misalnya, bekerja di kantor dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Aktifitas menghapal bisa kita masukkan ke jam 4 pagi setelah qiyamul lail. Setelah shalat subuh, aktifitas menghapal bisa kita lanjutkan sampai kita mandi dan persiapan untuk pergi ke kantor. Di dalam kemacetan perjalanan pulang dan pergi kantor, bisa kita lakukan aktifitas menghapal ini. Lalu sediakan dan pergunakan waktu yang cukup untuk menyetor hapalan kita kepada ustadz atau teman kita.

Untuk mengurangi berat badan, olahraga dapat dilakukan di pagi hari setelah shalat subuh dan mengkaji Alqur’an. Sediakan juga waktu paling tidak sepekan dua kali untuk olah raga lainnya, misalnya: hari sabtu pagi selama dua jam bermain tennis bersama kawan, atau jogging selama dua jam pada hari ahad pagi.

Untuk mendapatkan income sebesar 100$ dari internet marketing, misalnya dari adsense, affiliate marketing, jasa hosting, programmer lepas, jasa penerjemah web / web administrator, webstore, e-commerce, dan lain-lain, kita juga harus menyediakan waktu tiap harinya untuk mengerjakan tugas-tugas di atas. Oleh karena flexible, maka aktifitas ini dapat dilakukan disela-sela akitifitas rutin kita. Akan tetapi agar focus dan sukses, kita perlu menyediakan waktu minimal 2 sampai 3 jam sehari untuk itu. Misalnya setelah kita pulang dari kantor jam, setelah shalat Isya, makan malam dan bercengkrama dengan keluarga, pada jam 9 malam kita mulai untuk mengerjakan aktifitas Online kita tersebut selama dua jam. Barulah setelah itu kita tidur untuk beristirahat agar mendapat energi untuk aktifitas pada keesokan harinya.

Hal yang tertera di atas adalah sekedar contoh, mudah-mudahan kita menjadi terinspirasi untuk menggunakan waktu kita secara bijaksana sebagaimana saya terinspirasi ketika membaca buku ‘ulama seperti Ibnul Qayyim, Syaikh Utsaimin, dan lain-lain.

Buku Inspiratif

Hari ini adalah kali kedua aku menamatkan bukunya Habiburrahman El-shirazy yang berjudul Ayat ayat cinta. Aku membacanya sewaktu di bus di dalam perjalanan pulang dan pergi Bogor-Jakarta. Sangat jarang aku membaca novel, sebab waktu kuhabiskan dengan membaca buku ilmiah karya ulama-ulama besar pewaris Nabi. Dengan membaca buku itu membuat aku teringat akan adanya kehidupan akhirat disamping kehidupan dunia yang fana ini sehingga ruhani ini menjadi subur setelah kering akibat aktifitas kesibukan dunia.

Mengapa aku membaca novel tersebut? Sebab dalam perjalanan Bogor-Jakarta yang semakin tidak nyaman akibat panas dan macet mulai dari tol Jagorawi sampai dengan tol dalam kota Jakarta, jikalau membaca kitab-kitab para ‘ulama seakan berat sehingga banyak yang tidak masuknya dari yang masuk ke hati dan otak. Memang biasanya aku membaca buku-buku ‘ulama tersebut menjelang tidur dikala aku semakin relax dan santai. Oleh karena itulah aku sekali-kali mencoba bacaan ringan yang berjudul Ayat ayat cinta. Sehingga dalam perjalanan Bogor-Jakarta, daripada aku tertidur dan bengong tidak karuan lebih baik membaca bacaan ringan tersebut.

Kali ini aku terinspirasi dengan tokohnya yaitu si Fahri. Apalagi setelah membaca buku yang berjudul Sutra Kasih Ibunda (kepadamu berbakti tiada henti) yang ditulis oleh Abu Umar Basyir. Sepertinya aku sebagai manusia belum banyak bermanfaatnya bagi orang banyak, adanya aku sama dengan tidak adanya aku. Aku sebagai anak belum banyak berbakti kepada orang tua. Aku sebagai suami belum banyak berbuat ihsan kepada istriku, padahal sebaik-baik manusia adalah yang berbuat baik pada istri dan keluarganya. Aku sebagai ayah belum banyak memberi pendidikan dan teladan kepada anak-anakku.

Oleh karena itu, tertancap dalam hati dan kukatakan dengan sungguh-sungguh bahwa aku harus menjadi orang yang lebih baik lagi. Sesuai dengan misiku hidup di dunia ini, bermanfaat bagi orang lain terutama orang tua, keluarga, kerabat, dan orang lain.

Wahai istriku sayang, suamimu ini ingin menjadi orang yang terbaik. Wahai bidadariku, seperti yang tauladan kita yaitu Nabi Muhammad katakan bahwa orang yang terbaik adalah orang yang berbuat baik kepada istri dan keluarganya. Do’akan aku agar selalu tetap di jalan-Nya. Marilah kita bersama-sama mengarungi kehidupan ini untuk menggapai ridha Allah. Marilah kita bersama mengajarkan dan memberi tauladan dalam sikap keseharian kita kepada bidadari kecil kita untuk tetap lurus di jalannya, yaitu jalan golongan orang yang selamat. Jalan yang dilalui dulu oleh Rasul dan sahabatnya, yang dilanjutkan oleh para salaf yang shalih. Jalan yang telah Allah beri nikmat kepada orang yang melaluinya, bukan jalan golongan orang yang murkai dan jalan golongan orang sesat.

Sengsara Membawa Nikmat

Aku membeli buku bagus berjudul Master your Mind and Design your destiny yang ditulis oleh Adam Khoo. Buku yang sangat inspiratif dan memberiku segudang motivasi dalam menjalani kehidupan yang fana ini.

Qadarullah, ternyata aku harus menerapkan langsung apa yang aku baca dari buku tersebut. Aku terkena cacar, tepatnya bersama istri dan anakku mengalami sakit yang diakibatkan oleh virus ini.

Mengapa aku menyebutkan bahwa aku menerapkan langsung apa yang aku baca? Di dalam buku itu disebutkan tentang the power of positive thinking. Bila ada dua orang yang mengalami kejadian yang sama, ada yang merespon positif dan itu akan membuat orang itu dapat belajar dari kejadian itu untuk kemudian menjalani kehidupan yang lebih baik. Ada pula yang merespon negatif yang akan membuat orang itu semakin terpuruk dan stress berkepanjangan.

Misalnya saja ada dua orang yang terkena PHK. Sebut saja orang ini Amir. Si Amir merespon hal ini dengan sangat baik. Dia berhasil mengkonversi hal yang buruk menjadi positif dan hasilnya adalah berpikir dan berkata di hati kecilnya dengan mantap bahwa dengan di-PHKnya aku justru berpeluang lebih besar untuk mencari perusahaan yang lebih baik dimana aku lebih berkontribusi disana sehingga take home pay ku lebih tinggi di sana.

Sementara orang kedua, sibuk memikirkan ketidakberuntungan dirinya. Sebut saja si Budi, si Budi ini semenjak surat PHK berada ditangannya, langsung berkata,”Waduh tamat riwayatku”. Dia berkata dalam hatinya, ”Mengapa kejadian ini menimpaku?”, ”Mengapa aku yang di PHK?”. Terus dan terus melakukan negative thinking. Hal ini dalam jangka panjang akan membuat si Budi stress berkepanjangan dan dalam melangkah ke kehidupan selanjutnya pun tidak bergairah dan termotivasi karena perasaan gagal tadi.

Kembali kepada sakitnya aku. Pertama kali yang kuucapkan adalah Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang mengaruniai nikmat yang banyak dan yang memberikan ujian kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Dengan sakit ini aku bisa istirahat banyak, sehingga aku dapat melahap buku lebih banyak yaitu bukunya Adam khoo, buku clustering marketing, buku financial. Disamping itu aku ada waktu untuk menerapkan strategi baru untuk bisnisku yang Alhamdulillah ketika aku di rumah omzetnya meningkat.

Lalu di saat ini aku juga berhubungan dengan supplier baru yang aku harap bisa menjadi partner bisnis yang baik dalam jangka panjang. Kemudian aku bisa refresh otak dan pikiran saya dari kejenuhan bekerja di kantor. Memang aktivitas di kantor yang terikat dengan waktu seperti report mingguan, bulanan, belum lagi harus bekerja multi tasking karena ada permintaan dalam waktu yang sama dan harus selesai dalam waktu yang sama pula dari beberapa operator yang harus diselesaikan keuangannya membuat aku menjadi jenuh.

Banyak sekali buah-buah positif yang dapat dipetik selama aku sakit dan istirahat di rumah, sehingga inilah kali pertama aku mengucapkan Alhamdulillah sewaktu aku sakit ini.

Written by:

Abu Afra
Dzulqaidah 1427 H
November 2006

Financial Planning

Setelah syawwal menjelang, Alhamdulillah telah ada kemajuan pada diriku. Sesudah membaca buku-buku mengenai financial dasar, saya mulai menerapkan financial planning pada bulan ini. Aku berpikir dan bertanya dalam hati, "mengapa tidak dari dulu ya saya menerapkan ini? Kalau dari dahulu sudah berapa uang yang bisa dikumpulkan". Sebenarnya ini adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena jawabannya sudah jelas yaitu lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Pikiranku melayang lagi," tapi bisa jadi kita tidak menikmati apa yang kita kumpulkan". Lagi-lagi statement ini terbantah dengan mudah dengan jawaban, "lebih baik kalau kita meninggalkan warisan kepada generasi penerus kita khan? Kita tidak mau meninggalkan generasi dalam keadaan lemah kan? Baik lemah material maupun lemah spiritual". Setelah tanya jawab dengan diriku sendiri makanya aku mantap untuk 'take action' mengimplementasikan apa yang sudah aku pelajari dari para ahli di bidang keuangan keluarga.

Adalah mudah untuk memahami dasar keuangan ini, hanya ada dua komponen saja yaitu arus masuk dan arus keluar. Meminjam istilah Robert T. Kiyosaki, kita harus bisa membedakan mana yang asset dan mana yang liabilitas. Jika kita ingin mempunyai kebebasan finansial (financial freedom) maka kita harus memperbanyak asset. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai ini silakan baca Cash Flow Quadrant dan Rich kid Smart kid -nya Kiyosaki.

Yang ingin saya share disini adalah bagaimana kita 'pay me first' atau menggaji diri kita sendiri dahulu. Dari manapun arus kas masuk ke kita, entah itu dari gaji (kalau kita karyawan) atau keuntungan bisnis dan perdagangan, kita harus menyisihkan sekian persen untuk diri kita dahulu, baru mengalokasikan sisanya kepada pengeluaran lainnya seperti: biaya bulanan (listrik,PAM, HP,dll), uang bulanan keluarga, asuransi, dan lain sebagainya.

Kalau kita ingin mempunyai peternakan uang (meminjam istilahnya Tung Desem Waringin dalam bukunya Financial Revolution), kita harus membuat uang itu bekerja sendiri untuk kita. Bagaimana caranya? Mudah saja, jadilah investor. Nanti akan ada pertanyaan, "bagaimana mau jadi investor, duit aja pas-pasan". Jawabannya mudah saja, "itulah gunanya 'pay me first' tadi.

Contoh ilustrasinya adalah sebagai berikut:

- Jika kita sebagai karyawan dan mempunyai gaji 4 juta rupiah. 20% dari gaji langsung dipotong untuk tabungan yaitu sebanyak 800 ribu. Ingat, pisahkan rekening ini dengan rekening lainnya.

- Setelah 2 tahun (tanpa memperhitungkan bagi hasil, potongan administrasi,dll) kita akan mempunyai 19.200.000.

- Dari 19 juta tadi, ambil 80%-nya untuk franchise makanan kecil, sekarang banyak franchise makanan atau minuman kecil yang 5 jutaan lho. Mengapa franchise ? Jawabannya adalah karena kita karyawan yang punya keterbatasan pengalaman dan waktu, maka kita langsung saja memakai bisnis prosesnya yang sudah jadi.

- Dari bisnis kecil tadi,misal keuntungan bersihnya sebulan 300 ribuan, ambil 20% (60 ribu) untuk menambahkan tabungan di atas, jadi kita sekarang bisa menabung 800 ribu + 60 ribu, yaitu sama dengan 860 ribu.

- 2 tahun telah berjalan dari kita memulai bisnis tadi, sehingga 860 dikali 24 sama dengan 20.640.000. Kita bisa memulai bisnis baru, seperti membuat gerobak dorong jualan es campur atau yang lainnya. Misalnya kita membuat 2 gerobak, lalu kita sewakan kepada penjual sayur keliling atau tukang bakso. Dari hasil itu kita bisa menambah jumlah tabungan kita.

Begitu seterusnya, sehingga kita bisa mengumpulkan lebih banyak uang untuk membeli rumah, kios, apartemen. Properti tersebut kita simpan dan menjualnya disaat yang tepat, lalu hasilnya kita bisa invest kepada usaha lainnya. Dan begitu seterusnya. Sehingga pada nantinya, kita hanya tinggal investasikan uang kita kepada pengusaha yang amanah dan kita menikmati bagi hasilnya (keuntungannya) tiap periode keuangan. Nah inilah yang disebut beternak uang.

Aku menulis ini bukan untuk mengajarkan hubbud dun-ya (cinta dunia), akan tetapi mengajarkan bagaimana mengatur keuangan pribadi dan keluarga agar menjadi kaya harta. Kita harus mempunyai banyak harta. Saya yakin pembaca akan bertanya,"lho apakah tidak bertentangan dengan konsep zuhud dan qanaah?" Jika ingin Jawabannya kita harus menggali 'ilmu lagi dari 'ulama seperti Ibnul Qayyim Al Jauziah mengenai konsep tersebut.

Marilah kita berdo'a agar kekayaan yang didapat bukannya justru membuat kita menjauhi Allah, akan tetapi malah mendekatkan kita dengan Yang Maha Pemberi Rezeki, membuat kita menjadi muzakki, menjadi orang yang disebut Nabi sebagai tangan di atas, karena tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.

Written by:
Abu Afra
Syawwal 1427 H

Nuansa Ramadhan di Rumah kami

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Yang Maha Pemberi Rezeki dan Pemberi Pertolongan atas nikmat-Nya yang dikaruniai kepadaku terutama nikmat dapat membeli rumah baru dan menempatinya bersama istri dan anak-anakku. Moment yang tidak bisa kulupakan ini bertepatan dengan waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh para Mu’minin, yaitu bulan Ramadhan, bulan dimana do’a dikabulkan, dosa dihapuskan, kebaikan dilipatgandakan.

Hari ini adalah hari pertamaku sahur dan berbuka di rumah sendiri, ya di rumahku dimana aku memegang amanah sebagai kepala keluarga. Ada nuansa yang lain saat menikmati indahnya lantunan Qur’an Syaikh Musyari Rasyid, kebahagiaan yang amat sangat melihat anak-anak menikmati makanannya, kedamaian pada saat waktu sahur bersama keluarga.

Tak henti-hentinya aku bersyukur atas rizki yang Allah berikan kepada kami sekeluarga, walaupun sekarang kami mengalami kondisi yang serba kekurangan. Akhirnya kami menemukan rumah di dekat sumber ‘ilmu sehingga kami sekeluarga kelak dengan izin-Nya akan menuntut ‘ilmu syar’i disini. Mudah-mudahan rumah baru ini bukan merupakan tujuan akhir kami. Akan tetapi ini adalah langkah awal perjalanan kami menuju kebahagiaan dunia dan kesuksesan di kampung akhirat nanti.

Mudah-mudahan dari rumah ini terlahir generasi-generasi berTauhid, generasi Rabbani. Generasi unggulan yang bermanhaj benar dan sukses. Aamiiin…

Energy to take action

Energi..., kata yang akhir-akhir ini sering disebut-sebut masyarakat Indonesia. Terutama tentang hemat energi karena cadangan energi kita hampir habis. Para peneliti berlomba-lomba untuk mencari alternatif sumber energi, mulai dari briket batubara, buah jarak, energi arus laut untuk pembangkit listrik, dan lain-lain.

Namun yang dibahas pada tulisan ini adalah kebalikannya. Diperlukan energi potensial yang besar untuk dikonversikan menjadi energi gerak agar kita dapat melakukan "action". Terlebih action ini adalah perubahan sikap, perubahan pola pikir, perubahan orientasi, dan perubahan-perubahan ke arah positif lainnya. Kali ini kita perkecil temanya yaitu "take action" untuk berubah "wujud" dari pegawai (orang gajian) menjadi usahawan (menggaji orang).

Ibarat "memberangkatkan" roket, diperlukan energi sangat besar agar roket bisa lepas landas. Setelah terbang, energi yang diperlukan untuk mempertahankan roket itu terbang ke tempat tujuannya semakin ringan. Hal itu pulalah yang terjadi pada kita, untuk merubah kebiasaan menjadi kebiasaan yang positif, diperlukan motivasi yang luar biasa kuatnya. Bayangkan begitu beratnya kita untuk membiasakan bangun pagi sebelum shalat subuh. Akan tetapi setelah sebulan atau dua bulan waktu berjalan, Insya Allah itu akan menjadi kebiasaan kita dan tidak memerlukan energi sebesar kita mulai pertama kali.

Semenjak saya ikut dalam komunitas TDA belum lama ini, saya merasa telah mengumpulkan energi potensial yang begitu besar akibat membaca postingan pendahulu-pendahulu saya dalam berbisnis dan membaca blog beliau. Energi ini saya konversikan menjadi energi "gerak", yaitu "take action" walaupun dalam skala kecil (ikut bazar). Dalam kegagalan saya di langkah pertama, banyak rekan-rekan memberikan energinya berbentuk amunisi motivasi yang dituangkan dalam kata-kata baik via japri maupun via milis TDA. Terima kasih kepada Pak Eko dan Pak Hadi yang menuangkan pengalaman-pengalaman yang berharga di milis TDA. Terima kasih juga kepada Bapak/Ibu yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang memberikan energi positifnya via japri.

Memang dalam kegagalan jatuhnya saya dilangkah pertama ini diperlukan energi yang besar untuk bangkit kembali. Mudah-mudahan dengan menulis ini, didapat energi pelecut semangat untuk kembali "berbuat". Dan dengan dasar itulah maka saya bertekad pindah kuadran.

written by:
Abu Afra
Sya'ban 1427
September 2006

Pindah Kuadran

Tulisan ini terinspirasi dari penjelasan pak Yusef di blognya (http://yusefjh.blogspot.com). Terimakasih ya pak atas uraian pengalaman Bapak dimulai dari menjadi PNS kemudian pensiun dini setelah berkubang di dalam kehidupan amphibi (menurut istilah beliau).

Selama ini aku berdagang secara konvensional dan biasa saja. Oleh karena rutinitas dan kesibukan di kantor, aku tidak sempat melakukan perenungan dan pembelajaran tentang kecerdasan finansial. Setelah membaca bukunya Safir senduk, aku jadi tahu bahwa kesalahan terbesarku adalah mencampuradukkan keuangan dagangan dengan keuangan pribadi. Pantas saja, jumlah angka di buku rekening tabunganku tidak bertambah secara signifikan. Wong setiap keuntungan bisnis langsung aku pakai untuk keperluan sehari-hari yang tiada habisnya. Otomatis rekening tabungan daganganku tidak bertambah secara dahsyat.

Kembali ke bahasan pindah kuadran. Yang pertama harus kita lakukan adalah men-setting goal. Goal atau tujuan tersebut didapat dari akumulasi pembelajaran dan perenungan mendalam. Misalnya cita-cita jangka pendek kita adalah pindah kuadran, dari pekerja menjadi business owner. Setelah tahu tujuan jangka pendek, baru kita tentukan target. Ilustrasinya bisa digambarkan sebagai berikut:

-> Cita-cita jangka pendek: 1. Resign dari tempat bekerja.
2. Menjalankan bisnis sendiri.
-> Target: Resign 5 tahun kedepan.
-> Action: 1. Mulai detik kita menetapkan tujuan, saat itu pula kita hidup amphibi (sebagai pekerja dan sebagai bisnis owner)
2. Pisahkan tabungan yang diperoleh dari gaji dengan tabungan yang diperoleh dari
bisnis.
3. Dua tahun pertama, ambil target untuk mengambil mengambil 80% dari gaji dan 20% dari bisnis untuk keperluan rumah tangga sehari-hari.
4. Tetapkan target waktu, sampai akhirnya 0% dari gaji dan 100% dari bisnis kita
manfaatkan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari.

Langkah 4 ini diperlukan sebagai persiapan mental agar kita tidak tergantung kepada gaji serta membiasakan diri memakai sumber pemasukan dari bisnis untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Dana 100% gaji bisa kita simpan terus untuk tabungan kita, bisa untuk tabungan haji bersama keluarga, untuk membeli kendaraan, rumah, membesarkan bisnis dan lain-lain.

5. Lakukan langkah 4 ini, sehingga kita terbiasa menggunakan hasil dari bisnis untuk
keperluan keluarga sehari-hari.
6. Finally, resign dari perusahaan tempat kita mencari nafkah. Dan memulai kehidupan baru.

Setelah aku mendapatkan ilmu ini, Insya Allah aku akan "take action". Secepatnya aku akan merubah mindset-ku. Dan dengan menyebut nama Allah yang Maha Kasih aku telah menetapkan target bahwa di usia 35 tahun aku akan melebarkan sayap usahaku sendiri sebelum akhirnya pindah kuadran. Jika ada program pensiun dini di perusahaanku bekerja pada saat itu, akulah orang pertama yang gagah berani mendaftar.


Written by:
Abu Afra
Sya'ban 1427 H
September 2006

Mencoba cms endonesia

Tanggal 28 Agustus 2006 aku mencari content management system buatan anak Indonesia. Ternyata menemukan endonesia. Thanks a lot to pembuat endonesia yan telah cape-cape membuat ini, akhirnya saya bisa nyoba-nyoba di PC sendiri.

Sytem environment yang aku pakai:

  • OS: Microsoft Windows XP
  • WAMP5_1.4.4 (integrasi PHP, MySQL, dan Apache)
  • Browser untuk nyoba-nyoba: Mozilla Firefox

Langkah-langkah instalasi:

  • Install WAMP
  • Start all service
  • Run phpMyAdmin
  • Bikin Database baru untuk menampung data-data portal
  • Bikin user baru, kasih privilege user itu ke database baru di atas.
  • Copy file seluruh endonesia (kecuali folder docs) ke root direkctory pada web server.
  • Pada file config.php, rubah hostname, username, password, databasename serta portal_url
  • Buka browser: ketik http://nama_server/nama_portal.. Dan saksikan.....
  • Untuk meng-customized go to http://nama_server/admin.php
  • Silakan customized semau kita

Sekali thanks kepada pembuat endonesia, karena dengan bantuan beliau membuat portal jadi mudah..

Written by:
Abu Afra
Sya’ban 1427
Agustus 2006

Repotnya Pindahan Rumah

Wuih….., Alhamdulillah, akhirnya barang-barang yang besar seperti lemari, washing machine, kulkas, dan teman-temannya sudah berhasil dipindahkan ke rumah baruku. Proses kepindahan berlangsung lancar karena aku memang mempraktekkan tips dan trick pindah ke rumah baru.

Setelah sekian lama tinggal di PMI alias Pondok Mertua Indah, awal September nanti aku dan keluargaku berencana membentuk kapal dan mengarungi samudera rumah tangga di rumah kami sendiri.

Kebetulan bulan Sya’ban menjelang, sebentar lagi Ramadhan. Inilah kali pertama aku dan keluarga menjalani kehidupan bulan puasa di rumah kami sendiri.

Wahai istri dan anak-anakku tercinta, marilah kita samakan visi dan misi kita tentang kehidupan ini. Marilah kita membentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah di tempat dimana kita berteduh, bercengkrama, berisitirahat, tempat dimana kami selaku orang tua melakukan tarbiyah (pendidikan) kepadamu wahai anak-anakku tercinta, tempat dimana kita bisa berdzikir dan membaca Alquran dengan tenang, tempat dimana kita bisa bercanda….. Ya, tempat itu adalah rumah kita………..


Written by : Abu Afra
This writing is dedicated to:
· Tata…… Aku mencintaimu karena Allah...
· Afra…….. Teruslah berkembang nak….
· Halwa…. Cepat gede ya…..

Sya’ban 1427 / Agustus 2006

Gerakan bersama untuk anak kita

Kemarin (24 Agustus 2006), secara tak sengaja saya tersesat di dunia maya dan menemukan situs Tim Olimpiade Komputer Indonesia dan Tim olimpiade fisika Indonesia . Ternyata, anak-anak Indonesia secara intelektual tidak kalah dibanding dengan negara maju lainnya. Buktinya Sindu yang menjadi top coder bersama programmer dari negara Rusia dan Amerika serikat dan mendapat $150,000 yang disponsori oleh AMD. Ada lagi anak-anak cemerlang Indonesia yang mendapatkan medali emas olimpiade fisika akhir-akhir ini.

Kemarin pula saya membaca e-mail yang berisi bahwa ada seorang anak yang belum menginjak remaja yang sudah hapal Al Quran 30 juz. Ada juga yang hapal hadits-hadits dan menguasai bahasa Arab hasil dari homeschooling.

Ternyata ada secercah harapan untuk bangkit bagi bangsa ini. Akan tetapi aku tidak tahu karena apa berita-berita seperti ini kurang terdengar di masyarakat kita. Justru yang terdengar adalah gosip-gosip artis yang berseliweran di kaca-kaca TV masyarakat Indonesia. Mungkin ini cermin sebagian besar orang kita yang suka ghibah dan senang mendengar issue-issue yang sampah itu. Yang membuat hati miris lagi, banyak anak-anak yang lebih hapal lagu orang dewasa yang berisi percintaan (baca : perzinahan), khayalan dan angan-angan, daripada orang dewasa itu sendiri.

Alhamdulillah, aku dan istri sebagai murabbi (pendidik) anak-anak kami, telah bersepakat menggunakan TV hanya untuk menyetel VCD pendidikan seperti anak jenius, profesor cilik, dan lain-lain. Sebisa mungkin kami tidak menonton TV kecuali sedikit saja, misalnya acara teknologi, pendidikan, berita terkini. Dan memang acara itu menempati porsi yang sangat sedikit sekali, diluar itu TV kami matikan. Ada banyak manfaat yang didapat, diantaranya: hemat listrik, hemat waktu (menggunakan waktu lebih banyak ke yang bersifat produktif), dan mudah-mudahan tidak tercemari oleh hal-hal yang negative, anak kita juga lebih banyak bermain dan bersosialisasi untuk mengembangkan syaraf motorik dan sensorik ketimbang duduk pasif di depan TV, orang tua lebih banyak waktu mendongeng untuk anak agar tercipta hubungan emosional positif dibanding anak tersebut mendapat cerita-cerita langsung dari TV.

Wahai para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersama-sama berusaha mendidik anak kita. Marilah bermain, bercanda, membaca, dan melakukan aktifitas positif bersama anak. Kenalkanlah semenjak dini pada anak tentang pencipta alam semesta beserta isinya ini, nabinya, Al-qur’an, ibadah wajib, akhlak yang baik, dan hal-hal positif lainnya yang bermanfaat. Melalui blog ini, aku harap masing-masing dari kita yang membacanya dapat menerapkannya sehingga terbentuk komunitas peduli pendidikan, dari situlah tercipta generasi rabbani yang pada akhirnya terbentuk suatu masyarakat madani.

Written by:
Abu Afra
Agustus 2006Akhir Rajab 1427

I'tibar dari si Fulan (seri 2)

Coretan kisahku yang lalu tentang si Fulan ternyata bisa dijadikan pelajaran hidup terutama untukku yang menghuni dunia ini seumur jagung. Tiga hari setelah rakyat Indonesia merayakan kemerdekaannya, ada berita duka dari seorang temanku. Bermula dari pengumuman di milis bahwa salah seorang istri anggota milis membutuhkan darah AB karena terserang leukemia. Kebetulan darahku AB maka akupun menghubunginya.

Aku melihat ketegaran jiwa beliau, banyak ilmu yang didapat ketika berbicara dengannya. Akupun turut bersyukur ketika beliau SMS mengabarkan bahwa istrinya boleh pulang ke rumahnya untuk menemui kedua putranya. Dari cerita beliau tampak semangat hidup yang menyala dari istrinya. Aku kaget ketika beliau menghubungi untuk memintaku mendonorkan trombositku. Akupun berjanji untuk memenuhi permintaan itu esoknya. Tiba-tiba jam 2:30 AM ada SMS masuk. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, istri beliau akhirnya dipanggil Yang Maha Kuasa. Aku hanya bisa berdoa semoga beliau dan keluarga diberi kesabaran, semoga istri beliau dihapuskan segala dosa dan diberi rahmat oleh Yang Maha Pengasih.

Ada lagi kisah si Fulan lainnya. Dahulu, kesehatan financial keluarganya cukup baik. Semua serba tercukupi. Oleh karena ada suatu peristiwa yang cukup besar, dia mempunyai banyak hutang. Diakhir bulan dia pusing karena untuk membayar hutang tidaklah cukup hanya dari gaji yang diperolehnya.

Kalau diibaratkan, keadaannya adalah kembali ke titik nol. Bahkan boleh dikatakan negative. Beruntunglah dia, karena dia sudah sedikit banyak mempunyai bekal ilmu. Melalui ilmulah seseorang bisa selamat dunia akhirat, tuturnya. Walhasil, dengan ilmunya sebagai insan yang bertauhid, dia menyandarkan diri hanya pada Allah saja, meminta pertolongan hanya kepada Yang Maha Kaya lagi Yang Maha Pemurah.

Dari dua kisah di atas, kita bisa mengambil pelajaran seperti terdapat pada surat Al Baqarah:155 yang berbunyi:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang –orang yang sabar”

Written by:
Abu Afra
Rajab 1427 HAgustus 2006 M

Pelajaran dari si Fulan

I'tibar dari si Fulan.

Perjalanan hidup seorang manusia bisa kita jadikan pelajaran kalau kita bisa melihat dan memahami hakikat hikmah apa yang terkandung di balik adanya kejadian-kejadian yang menghampiri seorang anak manusia.

Begitu juga dengan si Fulan (tidak usah saya sebutkan namanya), saking dekatnya saya dengannya, saya jadi mengetahui permasalahan yang beliau hadapi dan saya (si hamba yang lemah ini) dapat mengambil kesimpulan yang bisa di ikhtisarkan sebagai berikut:

1. Jangan mengambil keputusan tergesa-gesa, karena tergesa-gesa adalah perbuatan syaitan. Apabila kita membeli sesuatu, memutuskan sesuatu, memilih sesuatu, dan lain-lain kita harus memikirkan dampak dan menganalisa hasil akhirnya sambil berdo'a kepada Allah agar diberi petunjuk agar dapat melangkah bersama ketenangan dan keberkahan serta bertawakkal kepada Nya.

2. Di dalam bertransaksi dengan manusia, setiap perjanjian apakah itu jual beli, sewa menyewa,
perjanjian lainnya, dan transaksi lainnya, harus ditulis di atas kertas dan ditandatangani
keduabelah pihak. Kalau perlu ditambahkan dengan materai agar kekuatan hukumnya lebih kuat. Sebab pengalaman si Fulan dalam membeli sebuah rumah, si Fulan telah membicarakan bahwa pelunasan bisa ditolerir sampai dua bulan dan ini sudah disetujui oleh si penjual rumah. Akan tetapi, ditengah perjalanan si penjual ngotot untuk meminta pelunasan segera (setelah sepekan membayar uang muka). Sebenarnya bukan si Fulan yang ingin memperlambat bayar, tetapi proses peminjaman uang di Bank Syariah yang memang lambat sehingga si Fulanpun telat membayar. Yang perlu diingat adalah hal ini bukan termasuk telat, karena sesuai dengan perjanjian awal, pelunasan bisa sampai maksimal dua bulan. Sayangnya, pernyataan keduabelah pihak untuk menyepakati pelunasan rumah sampai dua bulan tidak dinyatakan secara tertulis sehingga si Fulanpun menjadi pusing akan hal ini.

3. Komunikasi yang intens dengan orang lain agar masalah tidak menjadi besar perlu dilakukan agar persoalan apakah itu persoalan suami-istri, atasan-bawahan, orangtua-anak, dan lain-lain cepat disolusikan.

4. Jangan menunda pekerjaan. Karena dengan menunda pekerjaan akan membuat pekerjaan semakin bertumpuk sehingga kalau kita borong itu semua, akan semakin payah dan lelah tubuh kita.

5. Jangan berhutang, biasakan membeli sesuatu dengan cash bukan dengan kredit. Kalau kita tidak punya uang cash, sebaiknya tidak usah memaksakan membelinya. Selalu bersikap qana'ah (sebuah karunia yang diberikan Allah kepada hambanya yang terpilih) membuat hidup kita tenang dan berkah karena merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah. Dalam membeli sesuatu sebaiknya karena kita memerlukannya bukan karena kita menginginkannya.

Sepertinya itu dulu yang bisa saya tulis, soalnya jam istirahat sudah habis. Bersambung Insya
Allah.....
Written by:
Abu Afra
27 Juli 2006

Menjadi Ayah

Biii'! Suara lantang dari mulut mungil mengagetkan aku yang membuat aktivitas membacaku terhenti dan dengan serta merta aku menoleh ke arah asal suara tersebut. Pada detik itulah aku merasa seperti berada di dunia lain, dunia yang berbeda sama sekali dengan dunia dimana aku menjalani hidup dan kehidupan ini.
Iya, aku dipanggil Abi (artinya adalah ayah) untuk pertama kalinya. Pada moment itulah aku merasa menjadi ayah yang sebenarnya. Ayah yang mempunyai tanggungan. Ayah yang mempunyai kewajiban memberi nafkah untuk keluargaku. Ayah yang wajib mendidik anak-anaknya agar sukses di hari depan.

Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, energi dapat berkonversi dari satu energi ke energi lainnya. Energi suara lantang dari si manis anakku seakan-akan adalah energi potensial yang akan dan telah berkonversi menjadi energi kekuatan, energi kedewasaan, energi kemandirian, energi perjuangan, energi ibadah, dan sejuta energi lainnya pada diriku.

Dan memang saat ini, aku merasa menjadi seorang dewasa. Di perjalanan pulang, aku merenung bagaimana waktu itu berlalu begitu cepat. Perasaan baru kemarin aku menangis meminta dibelikan jam tangan yang ada mainannya (game watch) kepada ayahku. Perasaan baru kemarin aku dimarahi oleh ibuku karena bolos mengaji di surau. Perasaan baru kemarin aku memakai seragam putih abu-abu. Sekarang sudah menjadi ayah. sekarang bisa membelikan mainan untuk anakku.

Begitulah waktu, laksana pedang, jika kita tidak bijaksana memanfaatkannya maka kita akan ditebasnya. Kita dapat mencontoh bagaimana para salafus shalih memanfaatkan waktu. Bagi rekan-rekan sekalian yang menjadi "ayah baru" marilah kita memanfaatkan waktu untuk menuntut ilmu tentang bagaimana mendidik anak kita agar menjadi generasi yang bertauhid, generasi yang unggul dan prestatif, generasi pejuang kejayaan ummat.
Written by:
Abu Afra
Muharram 1427 H/Februari 2006

Anugrah Terindah di Hari Suci

Bahagia, tiada kata yang tepat untuk melukiskan perasaanku di hari yang suci itu selain kebahagiaan penuh syukur kepada Allah Sang Pencipta. Iya, bahagia karena pada hari itu adalah Idul Adha, hari dimana umat muslim di seluruh dunia merayakannya dan semuanya tanpa terkecuali berdzikir dengan takbir membesarkan Allah, tahmid memuji Allah, tahlil mentauhidkan Allah. Hari sebelumnya, lautan manusia berpakaian putih-putih berkumpul pada suatu tempat bernama padang arafah dengan satu tujuan yaitu berharap keridhaan Allah, berharap diterimanya taubat mereka, diterimanya amal mereka. Dengan penuh khusyuk dan deraian air mata, lautan putih-putih tadi bermuhasabah, menghaturkan do'a kepada Ilahi Rabbi sepanjang waktu. Subhanallah, inilah padang dimana kaum muslimin yang berlainan bangsa,ras,bahasa bertemu untuk satu cita yaitu bertemu dengan Allah di kampung akhirat nanti.

Ada sebuah anugrah yang membuat aku lebih bahagia lagi. Anugrah itu adalah kedatangan seorang manusia baru ke dunia yang kami nantikan selama sembilan bulan. Diwaktu gema takbir membahana di kota Bogor, diwaktu kaum papa merasakan gurihnya daging sapi, lezatnya sate kambing, diwaktu para mukhlisin rela berqurban mengeluarkan sebagian hartanya untuk dibagikan kepada insan yang membutuhkan, si mungil itu lahir. Si mungil yang cantik itu menambah jumlah nikmat yang diberikan Allah untuk diamanahkan kepada kami.

Pada 10 Januari 2006 yang bertepatan dengan 11 dzulhijjah 1426 H, suatu ketegangan dimulai, tepatnya pada jam 8 malam. Pada saat itu, istriku merasakan perutnya yang sakit. Beliau pikir hanya ingin buang air besar saja, jadi acara bercengkrama dengan keluarga di hari raya kita lanjutkan. Kemudian pada jam 10 malam, adrenalinku mengucur lebih deras lagi, karena istriku merasakan mulas yang sangat. Setengah jam kemudian ada cairan yang keluar, tanpa berpikir panjang aku bawa beliau ke Rumah Sakit Ibu dan Anak yang jaraknya lumayan jauh.

Disepanjang perjalanan istriku mengaduh sakit yang tidak tertahankan, ini membuat jantungku terpacu, adrenalinku terpompa kuat, syarafku tegang. Sementara air ketubannya sudah mengalir kemana-mana yang menandakan proses kelahiran akan berlangsung sebentar lagi. Aku memacu speedometer mobilku sampai 120 km/jam dijalan biasa, yang kalau pada siang hari paling-paling kecepatan mobil yang melaju hanya 40 km/jam.

Teriakan istriku semakin menggelegar saja rasanya. Sebagai orang yang bertauhid, kamipun mengadu kepada Allah agar dimudahkan dan disabarkan dalam proses persalinan nanti. Memang sebelumnya, aku menyuruh istriku melakukan wirid yang disunnahkan menjelang persalinan. Akupun membeli buku yang diterbikan oleh At-Tibyan yang berjudul WIRID WIRID MENJELANG PERSALINAN (ditulis oleh Ummu Abdillah Nurah Binti Abdurrahman). Alhamdulillah istriku mendawamkan dzikir-dzikir yang sesuai sunnah seperti yang terdapat pada buku di atas.

Pada pukul 11 malam, aku bersama satpam RS mengantar istriku yang sedang meringis di atas kursi roda menuju ke ruang persalinan. Pada saat itu hanya ada seorang suster yang menjaga dan dokter kandungan belum datang. Di ruangan itu hanya ada kami berdua, aku berdiri disamping kanan istriku sambil memegang erat tangannya. Suster keluar ruangan itu karena ingin mengambil peralatan persalinan dan menelepon dokter kandungan istriku. Belum sempat mengambil napas panjang, tiba-tiba pada jam 11.15 istriku berteriak,"wahai suamiku, bayinya sudah keluar!".

Akupun segera melihat kepala mungil yang bulat sedang keluar, aku menenangkan diri. Lalu pada saat sampai perut si bayi keluar, barulah suster datang dengan tergopoh-gopoh dan bersorak, "Alhamdulillah, waduh pintar sekali anak ini, keluar sendiri tanpa bantuan!". Spontan kalimat hamdalah aku haturkan kehadirat Allah atas kemudahan yang diberikan Allah. Lalu aku sampaikan kabar gembira ini kepada orang tuaku yang berada di Jakarta. Tak lama kemudian mertuaku datang menyusul ke ruangan persalinan dan memberikan ucapan selamat kepada kami.

Si cantik nan mungil yang bermuka bulat itu kami namakan Halwa Azka Hunafa. Halwa berarti manis, azka berarti lebih suci, sedangkan hunafa merupakan jamak dari hanif berarti jalan yang lurus. Mudah-mudahan si cantik ini tidak sekedar manis rupa, tetapi manis akhlaknya, manis budipekertinya yang membuat dia lebih suci dan dapat menjaga kesucian dirinya, kesucian hatinya sehingga berada di dalam barisan orang-orang yang lurus, yaitu lurus manhajnya, lurus jalannya sebagaimana jalannya orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah.

Ya Allah, karuniailah kami anak-anak yang shalih, anak yang bermanhaj shahih, anak yang prestatif, anak yang unggul di dunia dan akhirat, yang berbakti kepada orang tua dan bisa mendoakan kedua orang tuanya kelak. Aamiin.....

Written by:
Abu AfraDzulhijjah 1426 H / Januari 2006