Pages

Semangat belajar

Bukan.. bukan saya. Mungkin pembaca mengira tulisan yang berjudul semangat belajar ini ditujukan atau menceritakan tentang saya. Hehehe.. Akan tetapi atasan saya yang orang lokal sini. Beliau sudah tua, akan tetapi sangat berminat mempelajari hal baru, salah satunya bahasa Indonesia.
Saya tidak tahu motivasinya mempelajari bahasa Indonesia, apakah ingin travel ke Indonesia atau yang lainnya. Lagipula kan itu bukan urusan saya untuk mencari tahu motivasinya. Hehehehe.
Yang jelas ketika beliau tahu saya sedang mempelajari bahasa arab, beliau langsung semangat dan berkata,”kalau ada kesulitan bisa bertanya ke saya, tapi kamu juga ajari saya bahasa Indonesia ya”. Gayung bersambut, saya iyakan permintaannya.
Hari ini saya tiba tiba dipanggil ke ruangannya yang cukup besar itu. Saya kira ada problem mengenai network di kantor yang segera harus saya tangani. Eh, ternyata beliau bilang, sekarang tolong ajari saya bahasa Indonesia dari dasar. Akhirnya saya ambil kertas dan pensil, membagi kertas itu menjadi tiga bagian. Bagian pertama saya alokasikan untuk bahasa Indonesia, bagian kedua untuk bahasa Inggris, dan bagian terakhir untuk bahasa Arab.
Untuk kesempatan kali ini, saya perkenalkan tentang greeting atau percakapan ketika bertemu orang. Misalnya, apa kabar, siapa namamu, dan seterusnya. Saya tulis bahasa Indonesianya, saya terangkan artinya dalam bahasa Inggris, lalu dia tuliskan kalimat itu ke dalam bahasa Arab.
Saya hanya bisa tertawa dalam hati (emang bisa ketawa ya??) ketika beliau melafalkan apa yang saya tulis dalam bahasa Indonesia. Ya iyalah, masa tertawa dihadapan beliau. Hehehe. Walaupun bagi saya pelafalannya lucu didengar, terlihat sekali beliau gigih untuk mempelajarinya (mungkin karena baru pertemuan pertama kali ya??)
Wah, rasanya seneng banget ngajarin orang luar berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pikiran bisnis saya langsung melayang nih, buka privat bimbingan bahasa Indonesia aja di sini kali ya...

Menikmati masakan sendiri

Mengenai hal yang termaktub di dalam judul, saya sudah menulis tentangnya di belajar memasak   Sebuah aktifitas yang muncul bermula dari keprihatinan (waduh bahasanya tingkat tinggi) kami akan cultural shock dimana ketika kami membeli makanan dan iseng mengkonversi harganya ke rupiah, kami mendapati harganya mahal untuk ukuran mata uang kami. Kenapa saya tulis “kami”? iya, karena saya berdua dengan tetangga yang sama sama belum bisa membawa family kesini. Dia berasal dari pakistan, dan ketika kami sama sama saling konversi harga dalam mata uang masing masing negara, kami hanya bisa geleng geleng kepala. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk memasak sendiri.
Saya tidak tahu, sekarang memasak itu sudah jadi hobi atau memang kondisi yang memaksa? Setelah dipikir pikir lebih dalam, sepertinya sih hobi (maaf ini pemikiran subjective dari saya.. hehehe).
Alhamdulillah, saya menemukan Indonesian grocery shop di sini. Setelah berkeliling ke setiap rak tanpa lelah, akhirnya saya menemukan harta karun terpendam yang selama ini saya cari. Saya mendapati bumbu pecel, tahu, dan tempe. Inilah harta karun yang terpendam selama ini yang akhirnya saya temui. Tanpa pikir panjang, saya membelinya. Malamnya saya masak tempe itu dengan bumbu tepung instan, tidak lupa makanan kebangsaan saya yaitu telur. Lalu saya campur bumbu pecel itu dengan air hangat. Wow, jadilah makan malam saya nasi putih kuah pecel, telur mata sapi, dan tahu. Kalau penilaian saya sendiri sih, makanannya enak. Buktinya habis satu piring.
Ternyata, saya baru menyadari menikmati makanan yang dimasak sendiri itu enak banget..
Moral of the story 1: Hasil yang didapat dengan perjuangan dengan tangan sendiri itu sangat nikmat. Contohnya ketika saya Alhamdulillah baru mendapat untung dari berjualan herbal yang akan dikirim ke Amerika, kalo dipikir untungnya tak seberapa. Tapi nikmatnya itu lho tak terhitung..
Moral of the story 2: Masakan yang dimasak sendiri, walaupun kurang enak rasanya. Tetapi tetap saja habis. Hehehehe.

Tidak terasa waktu berlari begitu cepat

Tabiat dasar manusia adalah pelupa. Oleh karena itulah para ulama menasihati kita agar selalu mengulang ulang pelajaran apakah itu hapalan qur’an, hadits, atau pelajaran lainnya. Ada dua nikmat yang sering dilupakan manusia. Apakah itu? Nikmat itu adalah nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang.
Berbicara masalah waktu, waktu adalah hal yang sangat penting untuk kita berdayakan semaksimal mungkin selama hayat masih dikandung badan. Untuk hal yang positif dan syar’i tentunya. Bahkan Allah Tabaraka wa Ta’ala bersumpah dengan waktu di surat Al Ashr.
Ada pepatah yang terkenal yang saya yakin anda semua hapal dengan kalimat ini. Kalimat itu adalah “waktu adalah laksana pedang”.  Jika kita tidak pandai menggunakan waktu ( dalam hal ini diumpamakan pedang), maka pedang ini akan menebas kita.
Alhamdulillah, sebelum saya hijrah ke tempat ini, saya sudah mengambil pensiun dini dari perusahaan tempat saya bekerja. Sempat selama enam bulan saya menjalani bisnis di rumah. Selama enam bulan itulah saya habiskan waktu berkualitas dengan ke empat anak yang pintar dan  shalih (Aamiin). Setiap pagi mengantarkan anak ke sekolah, pada siang hari menjemputnya. Ada moment dimana saya mendengar setoran hapalan qur’an dari anak anak. Ada waktu dimana saya harus membujuk salah satu anak untuk mengulangi iqro’. Ada peristiwa dimana saya berjalan bersama ke masjid dengan si jagoan sambil mengajarkannya ilmu dasar sebagai bekal kehidupan dunia dan akhirat. Banyak lagi momen indah yang tak terlupakan selama enam bulan itu yang tidak bisa ditulis detail disini. Hingga tak terasa, waktu keberangkatan itupun tiba.
Untuk sementara, saya tinggalkan mereka di kampung halaman sampai kondisi saya di sini stabil. Ditambah regulasi dari perusahaan tempat saya bekerja, saya harus mengurus Residence permit dulu sebelum menjadi sponsor buat anak dan istri.
Komunikasi pun dilakukan via bbm,sms, telephone, skype. Alhamdulillah hampir tiap hari kita komunikasi via bbm, mendengar celoteh anak anak yang memberitahukan keberhasilan dalam aktifitas yang mereka lakukan, progress hapalan yang Alhamdulillah sudah 3 juz, sampai hal yang bila diperhatikan sekilas remeh temeh padahal jika kita bisa memaknainya dan memasukkan hal positif ke dalamnya bisa menjadi sesuatu yang luar biasa... Insya Allah..
Sampai suatu waktu, ketika saya melihat foto putri sulung, amboi sekarang tampak seperti remaja. Tidak terasa, padahal rasanya baru kemarin saya lulus kuliah, padahal  rasanya baru kemarin saya menikah. Waktupun bergulir, dan Alhamdulillah sekarang saya lihat anak anak tumbuh dengan cepat. Semoga engkau menjadi anak anak yang shalih dan shalihah nak dan berbakti kepada orang tua mu kelak.

Akhirnya kami memilih homeschooling

Sebelumnya saya pernah menulis tentang homeschooling di beberapa artikel sebelumnya. Seperti di  http://abuafra.blogspot.com/2007/08/homeschooling-sebuah-alternatif.html  dan http://abuafra.blogspot.com/2006/08/gerakan-bersama-untuk-anak-kita.html
Pada tulisan sebelumnya, saya ingin sekali menerapkan homeschooling setelah terinspirasi cerita teman yang sharing mengenai aktifitas di sebuah komunitas homeschooling. Sebelum tahu banyak tentang apa itu homeschooling atau home education, persepsi saya adalah sama dengan pikiran banyak orang tua lainnya. Misalnya, anak anak itu HS (homeschooling) adalah anak yang kuper karena hanya belajar saja di rumah. Gimana kalau anak HS mau meneruskan studinya ke perguruan tinggi? Anak HS gak dapat ijazah dong, trus kalo mau kerja gimana? Dan seribu pernyataan dan pertanyaan lain yang ada dibenak saya.
Akan tetapi, setelah mendapat informasi yang shahih dari pelaku homeschooling dan survey ke tempatnya langsung serta melihat sendiri perkembangan anak anak member komunitas homeschooling, saya jadi surprised, kagum, dan bersyukur seraya berucap,”ternyata apa yang dibenak saya selama ini keliru”.
Kemudian saya mencari informasi di internet, apakah ada anak HS yang berhasil masuk perguruan tinggi favorit, dan saya menemukan dua link di bawah.
Setelah hijrah ke tempat baru ini, sebenarnya kami ingin menyekolahkan anak kami di international school atau minimal state school. Tapi saya menerima informasi dari ikhwan bahwa lingkungannya kurang kondusif sehingga apa apa yang kita bangun melalui SDIT di Indonesia jadi hancur lagi. Tidak hanya satu orang yang bilang begitu, tapi ada beberapa ikhwan yang bahkan telah 12 tahun menetap disini.
Ditambah lagi beberapa kondisi, akhirnya kami memutuskan menerapkan Homeschooling untuk anak anak kami, Insya Allah. Dalam bulan bulan ini, saya dan ibunya anak anak sedang giat giatnya mencari informasi dari praktisi langsung, para ummahat yang tangguh dan sabar mendidik anak anaknya. Lalu saya akan mendapatkan kurikulum terbaik, dan sistem terbaik untuk diterapkan di rumah kami, sebab lain anak lain pendekatannya, oleh karena itu kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan yang terbaik.
Saya akan menuliskan petualangan baru kami sekeluarga tentang homeschooling ini  pada blog khusus. Mungkin blog anak kami yang sudah ada seperti  http://karyahalwa.blogspot.com/ dan http://celotehanafra.blogspot.com/  akan diberdayakan guna menyimpan dokumentasi pelajaran (semacam worksheet atau lapbook).
Bismillah, petualangan baru dimulai......

Memuliakan orang tua

Tidak terasa waktu telah berjalan. Sudah satu bulan saya melabuhkan kapal di sini. Merapatkan kapal ini ke pulau harapan untuk memulai petualangan kehidupan agar mendapatkan pelajaran hidup penuh makna. Tidak terasa pula sejak komunikasi terakhir via skype, dan sekarang menunggu saatnya maghrib, saya tiba tiba teringat  ketika masa masa kecil dulu. 

Dengan manjanya saya bertingkah laku agar lebih diperhatikan oleh ibunda dan ayahanda. Dengan segala sifat kekurangan kanak kanak saya berinteraksi dengannya. Disitulah madrasah pertama saya. Madrasah dimana saya menimba ilmu tentang kehidupan. Tempat dimana pada suatu pagi kaki saya ditendang bapak saya karena saya malas sholat subuh. Tempat dimana ibu saya mengajar tentang kebaikan kepada anak anaknya. 

Sungguh tidak terasa, sekarang saya telah menjadi seorang pemuda, bahkan status di kartu keluarga sudah update menjadi ayah. Dan saat ini, pada detik saya menulis blog ini, rasa rindu pun tertumpah bagai air yang mencurah curah. Meminjam istilah gaul,"via skype mah udah gak ngaruh". Saya ingin mengucapkan salam, menyalami tangannya, memeluknya, menyentuhnya, dan merasakan getaran getaran kesyahduan yang rasanya tidak bisa saya lukiskan dengan kata kata. Getaran yang sama yang saya rasakan ketika saya berpamitan di bandara, dimana air mata ibunda tumpah ruah, sedangkan saya dengan susah payah menahan bulir air di mata. Saya usahakan tidak jatuh, setidaknya sampai saya masuk pesawat. Tibalah waktu penumpang sebagian besar tidur, barulah saya keluarkan apa apa yang saya pendam tadi.. (upss, ketahuan dech nangisnya..)

Saya tutup tulisan melankolis ini dengan mengutip bahasan dari buku yang sangat bagus tentang memuliakan orang tua, bacaan yang pas dengan kondisi hati saya. Judulnya Old is Gold. Berikut bahasannya..

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (QS ArRahman:60). Di dalam Taisir Al karim ar Rahman fi tafsir Kalam al Mannan di juz 7 hal. 257, dijelaskan tentang tafsir ayat ini bahwa: "bukankah balasan orang yg berbuat baik dalam beribadah kepada Allah & memberi manfaat kepada hamba2 Nya, melainkan Allah berbuat baik kepadanya dgn balasan yg sempurna, keberuntungan yg besar dan kehidupan yang selamat".

Apatah lagi  berbuat baik pd orang tua. Allah akan membalas kebaikan padanya.  Dari Anas, bahwa Rasulullah bersabda: "Tidaklah seorang pemuda/i yang memuliakan orang tua karena umurnya kecuali Allah akan menyiapkan baginya orang yang akan memuliakannya ketika tua" ('aridh al ahwadzi, juz 8 hal 179)

Best regards,
Dari yg rindu ibunda dan papanda

Tulisan terkait:
Adab berbicara dengan orang tua

Pejabat arogan

Saya jadi terusik dengan timeline di twitter dan status temen temen di facebook, yang bercerita tentang pejabat arogan, aksi para koboy jalanan, dan lainnya seperti yang seperti disebarkan di berbagai social media lainnya.
Tapi tulisan kali ini, saya tidak akan membahas tentang hal ini akan tetapi perkataan ‘ulama yang saya dapat di twitulama.tumblr.com
Perkataan beliau adalah: “Allah mengangkat kedudukan orang zhalim agar manusia dapat melihat kejatuhannya dari atas ketinggian, bukan supaya orang orang menghormati dan memuliakan mereka”
Pikiran saya langsung menuju ke istidraj. Allah membuat orang orang sombong, zhalim, dan melenakan mereka serta memberikan mereka kesenangan walau banyak maksiat yang mereka kerjakan. Akan tetapi pada hakikatnya hal itu adalah hukuman yang Allah ulur waktunya untuk mereka. Sebagaimana terdapat dalam hadits Nabi sebagai berikut:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ
اسْتِدْرَاجٌ
Bila engkau melihat Allah Ta’ala memberi hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan) dari Allah.
Semoga kita mendapat hidayah taufiq dari Allah agar terhindar dari sifat arogan, sombong, zhalim. Aamiin...

Jangan Berhutang

Tulisan ini ditujukan untuk seseorang yang enggan untuk melunasi hutang. Ada kesamaan ciri entah itu kebetulan atau tidak dari orang orang seperti ini. Mengapa saya sampai menulis tema ini, yah karena saya agak “geregetan” dengan orang orang seperti ini. Apa ciri utama orang orang ini? Berdasarkan pengalaman saya, simaklah cirinya di bawah ini:
-          Biasanya ini terjadi pada teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
-          Pada awalnya dia menghubungi, lalu menanyakan kabar, lalu ingin silaturahim.
-          Dia akan terus menelepon kita, terus menanyakan kabar kita dan keluarga, bahkan hampir setiap hari.
-          Setelah beberapa lama, barulah dia berkunjung. Biasanya membawa bingkisan (ada juga yang dengan tangan kosong. Hehehe)
-          Setelah suasana mencair, barulah ketahuan tujuan intinya. Biasanya modus operandinya dia mengajak kerja sama bisnis, tapi dia kekurangan modal, lalu ditunjukkanlah beberapa SPK dan quotation sebagai bukti proyeknya. Ada juga sih yang bukan itu, tapi to the point ingin pinjam uang untuk anak sekolah atau keluarga ada yang sakit.
-          Oleh karena dia teman lama, maka biasanya kita tidak punya negative thinking, bahkan kita akan tulus membantu.
-          Atau jika modusnya pinjam untuk nambah modal bisnis, biasanya dia datang dengan kostum parlente dan mobil versi terbaru sehingga kita yakin dan timbul kesimpulan di kepala kita tidak mungkin dia bohong, kan SPK sudah ditangan, tinggal jalanin proyeknya saja.
-          Bulan bulan pertama, dia akan sering menghubungi kita baik untuk menanyakan kabar, atau sekedar curhat “tolong doain ya, supaya bisnis ini lancar”
-          Tibalah di bulan yang dijanjikan oleh dia.... Ternyata, dia tidak ada kabar beritanya. Di telpon tidak di angkat (kalau nyambung), tapi biasanya dia berganti ganti nomor, di sms juga tidak di balas atau kalau di balas hanya sekadarnya.
Sikapnya sangat jauh berbeda antara sebelum dia mendapatkan uang dari kita dan setelah mendapatkan uang dari kita. Diwaktu uang itu belum kita transfer ke dia, dia sangat rajin menelepon, sms, berkunjung. Setelah uang itu dia dapat, sms pun tidak, apalagi telepon, atau berkunjung. Apabila berhasil dihubungi, ada saja alasannya (wallahu a’lam benar atau tidak)
Saya hanya memberi tahu mu hadits Nabi, bacalah dengan seksama:
1.       Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)
Al Munawi mengatakan, “Orang seperti ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan diberi balasan sebagaimana mereka.” (Faidul Qodir, 3/181)
Ibnu Majah membawakan hadits di atas pada Bab “Barangsiapa berhutang dan berniat tidak ingin melunasinya.”
2.       Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)
Al ‘Iroqiy mengatakan, “Urusannya masih menggantung, tidak ada hukuman baginya yaitu tidak bisa ditentukan apakah dia selamat ataukah binasa, sampai dilihat bahwa hutangnya tersebut lunas atau tidak.” (Tuhfatul Ahwadzi, 3/142)
Pembaca, dengan tulisan ini diharap anda tidak trauma menghutangi seseorang untuk membantu mereka ya, apalagi saudara saudara kita yang benar benar membutuhkan dan dalam kondisi terjepit. Untuk orang dermawan dan yang memberi hutang, bacalah kabar gembira ini di http://rumaysho.com/hukum-islam/muamalah/1500-mudahkanlah-orang-yang-berutang-padamu.html