Pages

Optimasi google apps

Selama ini saya hanya memakai aplikasi google email saja dan Gtalk untuk chatting. Itupun untuk email hanya send dan receive saja. Setelah ada kebutuhan untuk memanage resource dan berkolaborasi lebih lanjut, barulah saya sadar ternyata google apps ini sangat powerful untuk keperluan tersebut. Saya hanya belum mengoptimasi fitur yang ada, dan setelah saya membongkar fitur yang ada, barulah saya sadar dan memutuskan untuk menggunakan google apps untuk aktifitas homeschooling. Terima kasih kepada google yang telah membuat google apps for education.
Saya telah mencoba dan mengaplikasikan membuat jadwal aktifitas homeschooling, to do list, reminder, appointment, berbagi pakai document seperti presentasi, word, spreadsheet, video, membuat announcement, portofolio, gallery, progress report, dokumentasi kegiatan, lesson plan dan seterusnya.
Alhamdulillah, google apps for education Insya Allah akan kami implementasikan untuk semester akhir ini.

Melawan Mental block

Para motivator menyebutnya mental block, ada yang mengungkapkannya sebagai hambatan psikologis, ada juga yang mengistilahkan kendala imaginer. Apapun sebutannya, substansi masalahnya adalah sama yaitu adanya pikiran negatif yang membuat terhambatnya kita untuk melakukan sesuatu.

Beberapa tahun lalu saya mengalami hal ini. Sewaktu di milis yang saya ikuti, ada praktisi yang menceritakan tentang homeschooling. Begitu naturalnya mereka menceritakan kisah yang mengasyikkan. Memang orang yang "walk the talk" ketika mereka bercerita akan terasa hidup dan bergelora karena mereka berbicara mengenai apa yang sudah mereka lakukan.
Begitu nyata contohnya dan Masya Allah begitu menakjubkan hasil hasil yang ditunjukkan anak anak Homeschooling di komunitas mereka. Membuat urat syaraf saya bersatu untuk menekan hipofisis agar otak menyuruh agar saya melakukan HS untuk anak anak saya.

Tentu saja, ada bagian di otak saya yang melawan pemikiran ini. Saya tidak tahu tepatnya dimana, yang jelas bagian ini memunculkan pemikiran pemikiran yang melemahkan keinginan saya untuk homeschooling. Dengan lihai, bagian ini memunculkan pertanyaan pertanyan, seperti: "apakah kamu bisa ngajarin anak?", "Kamu kan bukan lulusan keguruan?", "nanti anak anak sosialisasinya gimana?", "ntar ijazahnya gimana?", "apa nggak susah nanti cari pekerjaan?" , dan seterusnya......

Hmmmh.. Tulisan pak Iqbal tentang kendala imaginer sangat bagus menjelaskan tentang hal ini. Saya akan bercerita pengalaman tentang melawan mental block ini.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengumpulkan pertanyaan2 bernada negatif tadi. Setelah terkumpul, saya investigasi (melalui studi literatur atau konsultasi dengan praktisi) untuk menemukan jawaban pertanyaan tadi. Contohnya: pertanyaan tentang bagaimana anak2 HS mendapat ijazah. Ternyata setelah mengumpulkan informasi, mendapatkan ijazah semudah anak2 sekolah di sekolah konvensional.
Langkah kedua, setelah mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya mengenai HS, maka saya menciptakan atmosfir HS dengan mengikuti komunitas HS. Datang pada acara acaranya. Berinteraksi dengan praktisi yang sudah pengalaman. Dan jangan malu bertanya kepada mereka.

Langkah ketiga, informasi ini saya distribusikan kepada anak anak secara perlahan, membawa dan mengenalkan mereka ke anak2 HS di acara komunitas tsb.
Langkah keempat, langkah ini yang menjadi pilar penting dan yang paling utama yang harus dilakukan sebelum, sedang dan setelah serta terus menerus yaitu berdoa agar diberikan kekuatan untuk menjalaninya.

Sebenarnya langkah ini saya copy paste sewaktu saya sedang melawan mental block untuk menjadi wirausahawan. Alhamdulillah saya berhasil melewatinya, dan puncaknya pada pensiun dini tahun kemarin, walau setelah itu saya memutuskan untuk kembali bekerja kantoran di negeri sebrang untuk mencoba berpetualang di universitas kehidupan.

Insya Allah langkah langkah di atas bisa dicoba untuk melawan mental block untuk melakukan sesuatu agar bergerak dari zona nyaman ke zona nyaman lain.. Selamat move on....

Repot tapi bahagia

Sudah banyak yang bilang kepada kami pertanyaan pertanyaan seperti ini,”punya anak yang jaraknya deket deket apalagi empat orang, apa gak repot tuch?” atau “wah, kasian ibunya tuh repot ngurusin rumah ditambah anak anak”. Seperti yang sudah sudah, kami menanggapi saja dengan senyum dikulum..   Siapa bilang tidak repot, memang kami repot sekali terutama sang ibunya anak anak tercinta. Akan tetapi, kami jalani saja dengan sepenuh hati.
Oleh karena itulah pertama kali yang saya bayangkan ketika kami sama sama merantau ke negeri seberang adalah chaos (lihat tulisan saya tentang refleksi 20 hari petualangan ) Betapa tidak, di rantau tidak ada lagi mbak nya anak anak yang bantu bantu kami mencuci, menyeterika, dan membereskan rumah yang acak acakan selepas anak anak bermain. Hanya tinggal kami berdua yang mendidik anak anak, memasak, mencuci, menyeterika, membereskan rumah, dan seterusnya. Alhamdulillah kami dikaruniai anak anak yang kooperatif yang membantu pekerjaan rumah. Cerita mengenai ini saya tulis di blog http://learningwithabiandummi.blogspot.com
Sedikit sekali waktu, terutama bagi ibunya anak anak untuk muroja’ah hapalan, membaca buku, mendengar kajian, mengupdate knowledge, dan sebagainya. Alhamdulillah dengan sedikitnya waktu itu menjadikan kami mengisi waktu dan memanage waktu dengan sangat menikmatinya.
Contohnya saja waktu yang kami isi ketika jumat pagi jam 8 sampai dengan jam 10, ketika ketiga anak anak saya mengikuti TPA. Kami isi dengan mengupdate ilmu pedagogy, pendidikan, dan lainnya. Sambil menunggu anak anak di kelas, kami berada di mobil. Alhamdulillah pada jam jam ini, si kecil jadwalnya menyusui hingga tertidur, ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang dingin. Jadi saya membacakan buku dan point point penting dari isi buku kepada istri yang sedang menyusui dan menggendong si kecil. Kami sempatkan berdiskusi kecil kecilan, kadang saya tanya ke istri (untuk mengetes apakah beliau dengar uraian saya dan mengerti….. dosen mode on… hehehe)
Ada lagi waktu yang bisa kami gunakan bersama, seperti hari sabtu jam 12.30 sampai jam 2 siang (waktunya ketiga anak anak TPA). Jika ada literature atau artikel atau berupa ebook, saya akan pegang netbook agar dapat dibaca dengan mudah oleh istri saya yang sambil menyusui dan menggendong si kecil.
Sungguh Rasulullah sang tauladan telah memperingatkan kita: “Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari, no: 5933)”  Jadi sungguh merugi orang yang menyia nyiakan waktu luangnya dengan bersantai dan tidak melakukan aktifitas positif dan produktif untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhiratnya.
Hmmmm.. Mudah mudahan kita dapat mengisi waktu waktu dengan amal shalih. Aamiin… Kembali ke topik, bagi yang telah bertanya kepada kami atau yang akan bertanya kepada kami pertanyaan pertanyaan serupa di atas, jawaban kami adalah… “Repot memang, tapi kami bahagia”

Musim dingin

musim-dingin
Sekarang musim dingin di sini. Saya lihat suhu pada siang tengah hari sekitar 24 derajat celcius. Sejuk sekali angin berhembus menerpa kulit. Alhamdulillah, ini membuat lebih hemat bahan bakar, sebab AC mobil tidak dinyalakan. Tapi, saya tidak tahu suhu waktu malam, sebab saya tidak mengukurnya. Daripada mengukur, mendingan berkemul dengan selimut tebal. Hehehe
 
Inilah saatnya outing dengan keluarga di taman, di corniche, dan lain lain. Akan tetapi, pekan ini dan pekan depan adalah jadwalnya UAS bagi anak anak kami. Jadi, kami fokus untuk persiapan ujian. Cerita mengenai ini saya tulis di pekan UAS.
 
Kebalikan dari musim panas yang lama siangnya lama, musim dingin ini siangnya sebentar. Subuh itu sekitar jam 4.35 AM, sedangkan Maghrib sekitar jam 4.40 PM. Hal ini membuat anak anak bertanya,"Abi kok disini jam 5 sore sudah shalat maghrib sih?". Walhasil, setelah googling sedikit mengenai jenis musim, diterangkanlah mengenai hal ini sesederhana mungkin, yaitu point point penting yang bisa ditangkap oleh anak anak. Akhirnya anak anak berceloteh, "wah enak dong kalo puasa disini, buka nya cepet".. :-)
 
Rasanya baru kemarin saja, saya disambut oleh gerimis hujan sewaktu kedatangan pada malam pertama di negeri ini. Setelah itu, musim panas pun menerpa, waktu berlalu cepat. Hingga datanglah musim dingin ini kembali. Hmmm... Bener ya ungkapan waktu laksana pedang, jika kita tidak memanfaatkan waktu itu, dia akan menebasmu. Jika kita tidak memanfaatkan waktu ini dengan kegiatan yang positif, maka waktu itu akan berlalu dengan sia sia.
 
Back to topic, ayo anak anak semangat mengerjakan ujian yaa..... Setelah itu kita bermain di luar, menikmati musim dingin.....
 
 
 
 

Refleksi 20 hari petualangan

chaos.... kumpulan huruf yang kemudian menjadi sebuah kata ini aku torehkan pertama kali ketika pesawat akan mendarat di negeri seberang. Mungkin berlebihan, akan tetapi saya tidak tahu menyebutkan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya pada saat itu.
 
Kami (saya, istri, dan anak anak) sebentar lagi mendarat, dan akan memulai babak baru, sebuah pembelajaran baru dalam universitas kehidupan. Adalah sebuah keputusan yang sangat berani dan revolusional menurut saya sebagai orang yang moderat dalam bercengkrama di zona nyaman. Ya, keputusan untuk melakukan homeschooling untuk anak anak kami adalah sebuah langkah yang tidak akan dilupakan seumur hidup. Ini adalah merupakan keputusan hasil dari pemikiran yang melewati sebuah proses waktu yang lumayan lama.
 
Di taxi, yang membawa kami dari airport ke rumah baru, saya membayangkan akan sangat repotnya sang ibu dalam mendidik keempat anaknya, sementara saya bekerja di siangnya. Begitu banyak pertanyaan, seperti,"Bagaimana mengatur belajar ke tiga anak sementara anak yang keempat mau menyusui?", "terus kapan waktu beberes rumah?", "terus gimana kalo pas lagi menerangkan pelajaran ke satu anak, anak yang lain bertanya pula minta dijelaskan sesuatu?", "terus, kalo anak anaknya pada bosen belajar gimana?", "gimana caranya menumbuhkan kecintaan pada ilmu pada anak?", "terus bagaimana caranya memotivasi agar anak mampu belajar secara mandiri?", dan seribu pertanyaan lain yang ada di hati.. Perasaan yang sangat kontras ketika saya melirik anak anak dengan cerianya berceloteh mengungkapkan kesannya melihat sesuatu yang baru.
 
Sesampainya dirumah, setelah melepas lelah, maka kami membuat strategi, saya tanamkan bahwa kita semua member keluarga yang harus bantu membantu. Kami buat jadwal piket yang anak2 senang melakukannya. Kami buat jadwal belajar harian beserta aktifitas produktif lainnya. Dan seterusnya, dan seterusnya..... Ah, begitu banyak yang dikerjakan, sampai saya gak ingat lagi detailnya.....
 
Sekarang, sudah 20 harian berlalu.... Alhamdulillah berkat hidayah taufiq dari Allah, ketika kami menjalani dengan sepenuh hati, gambaran yang ada dibenak saya sebelumnya tidak terjadi.. Semoga begitu seterusnya....
 
 
Abu Afra
Menara Udaid, ketika dingin menyapa
29-11-2012

Menumbuhkan motivasi pada anak

Satu kata yang sering kali saya dengar dari public speaker, terutama sewaktu masih aktif di komunitas wirausaha, adalah motivasi. Semakin banyak orang yang membutuhkannya, sehingga hal ini membuka profesi baru, yaitu motivator. Banyak di Indonesia yang bergelar great motivator, great inspirator, dan gelar gelar lainnya. Sebenarnya sebagai orang tua, saya juga harus menjadi inspirator dan motivator bagi anak anak.
Saya sedang dalam tahap belajar, sekaligus mempraktekkan apa yang dipelajari. Agar best practice ini tidak mudah lupa di dalam benak saya, maka seperti biasa, akan saya tuliskan disini. Akan tetapi sebelum mengupas tentang best practice dalam memberi motivasi ke anak, saya jelaskan dulu motivasi itu.
Saya bukan seorang psikolog, jadi yang saya pahami dengan sederhana, motivasi itu adalah energi yang mendorong tingkah laku seseorang. Datangnya energi  itu bisa dari internal (diri sendiri) atau bisa dari eksternal (dari orang tua, teman, suami, seorang motivator, kejadian, dan lain lain). Menurut para ahli, yang paling bagus dan bertahan lama adalah motivasi dari dalam diri sendiri.
Cara simple menurut saya agar anak termotivasi adalah dengan melakukan tiga cara di bawah (notes: tentunya tidak dibatasi dengan 3 cara ini):
1.       Informasikan tujuan dengan sejelas jelasnya.
Misalnya memberikan informasi dengan detail mengenai tujuan dari belajar dan menghapal Alqur’an.  Mulai dari tujuan yang bersifat general, seperti agar dapat membaca Alqur’an, mendapatkan pahala, dapat mengajarkan orang lain seperti adik dan teman temannya, dan seterusnya.
2.       Memberikan ganjaran.
Mengenai ganjaran ini, ada yang bersifat tangible dan intangible.  Untuk anak anak, menurut para ahli, boleh memberikan ganjaran bersifat tangible. Akan tetapi tetap dilatih untuk memberikan ganjaran yang bersifat tangible secara perlahan. Misalnya: jika hapal juz 30, akan dibelikan sepeda. Secara bertahap tanamkan ganjaran yang bersifat intangible dan abadi, seperti akan masuk surga dengan tingkatan sampai ayat terakhir yang di baca, akan mendapat pahala, dan seterusnya.
3.       Memberikan kesempatan untuk sukses.
Adakalanya setelah mencoba sesuatu, sang anak tidak langsung mendapat hasil yang dia harapkan. Pada tahap ini, janganlah langsung mencap anak sebagai “si gagal”. Berikan kesempatan kepadanya. Tanamkan dibenaknya bahwa banyak jalan menuju sukses, coba cari cara lain, dorong terus agar tidak diam ditempat. Mungkin saja si anak terlihat murung, dengar “curhat” dia, bersikaplah empati. Setelah itu kita bisa mengembangkan kepercayaan dirinya melalui kisah kisah para sahabat nabi dahulu yang sukses.
Tiga cara di atas, tidak akan lengkap, jika kita tidak berdoa untuk kebaikan anak.  OK, setelah mengetahui ilmunya, saya ajak diri saya sendiri dan anda untuk menerapkan tiga hal di atas. Semoga kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dikeseharian.

Teruntuk sahabat fillah

Akan selalu ada dua kondisi yang akan kita alami

Ada taat,, ada maksiat..
Ada senang, ada susah
Ada hidup, ada mati..
Ada tawa, ada tangis..
Ada jatuh, ada bangun..
Ada bahagia, ada duka..

Begitu juga ada pertemuan, ada perpisahan..

Walaupun raga terpisah, semoga jiwa bertemu..

Bertemu dalam rangka mencari kebahagiaan hakiki... Di surga nanti..

Selamat berjuang wahai sanak.. Insya Allah kitakan bertemu kembali..

Jika tidak didunia ini, semoga bersua di kampung akhirat yang abadi..

Di surga bersama bidadari.........

Bogor,
Kala hujan membasahi bumi..
Sedang menunggu waktu keberangkatan ke negeri seberang
 

Bagaimana berinteraksi dengan Al Quran agar meraih kesuksesan hidup

Saya sedang muroja’ah buku yang buku aslinya berjudul Mafaatihu tadabbur Al Qur’an wa annajakh fii al hayah, yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia The mystery of the quran secret power.

Salah satu yang dibahas adalah tujuan membaca Al quran, yang saya summary yaitu untuk memperoleh ilmu, untuk mengamalkannya, untuk bermunajat kepada Allah, untuk mengharap pahala, untuk berobat dengannya. 

Ada salah satu bahasan yang membuat saya terkesan dan tersentak, seolah olah saya baru mendengarnya. Untuk menguatkan bahasan ini ke dalam hati, maka saya tulis ulang ke blog ini. Adapun kupasannya adalah sebagai berikut:

Hendaknya anda membaca Quran seperti halnya seorang siswa yang membaca buku pelajarannya di malam waktu ujian. Yakni bacaannya orang yang berkonsentrasi penuh dan bersiap siap untuk diuji habis habisan. Kita semua dalam kehidupan ini sedang diuji melalui Alquran. Diantara kita ada yang giat dan sungguh sungguh dan selalu mengulang ulang kitab tersebut sehingga jawabannya akan selalu tepat dan mantap.

Hendaklah anda membaca Quran seperti seorang pegawai kantor yang sedang membaca daftar peraturan yang mengatur pekerjaannya. Dan hendaklah anda tentukan jawaban setiap transaksi yang membutuhkan koreksi ulang setiap hari. Sudah menjadi ketentuan bahwa seorang pegawai kantor yang sukses adalah yang menghapal daftar tersebut dan memahaminya dengan pemahaman yang begitu cermat dan menyeluruh. Dengan hal ini, maka ia akan tergolong orang yang berprestasi di kantor.

Sesungguhnya Al quran adalah peraturan yang wajib dijadikan referensi dalam setiap situasi dan kondisi kehidupan kita. Oleh karenanya, bagi seorang yang menghendaki kesuksesan hidup, maka hendaklah ia menghapal dan memahami nash nash Al quran, untuk mendapatkan jawaban yang otomatis, cepat dan benar dalam setiap kondisi kehidupan yang ia lewati.

Pembelajaran sesuai kebutuhan dan keinginan anak

Pelajaran module kedua dari online course tentang edukasi yang saya ikuti mulai menarik. Disana dibahas tentang penyusunan kurikulum yang berdasarkan kemauan dan kebutuhan anak. Ini sangat cocok dengan saya yang memulai homeschooling. 

Ada guest speaker yang bilang, "We need to develop our own materials and our own courses.We need to find ways of incorporating them into frameworks. Not just something good enough, but what students really need. We need to make sure they are up to date enough for what students need."

Oleh sebab itu saya mulai brainstorming bagaimana caranya mengetahui keinginan anak atau kebutuhan anak.  Tidak mudah memang, tapi ini adalah perjalanan yang mengasyikkan. Saya mulai dengan menanyakan visi atau cita cita mereka terlebih dahulu, siapa tahu dengan dialog lebih dalam, akan ketahuan kebutuhan mereka sebenarnya. 

Saya dibuat kagum, tertawa, bersyukur, kaget, dan perasaan lainnya. Campur aduk. Ternyata mereka sudah mempunyai pemikiran yang boleh dikata "dewasa". Saya dokumentasikan karena cita cita kerap berubah ubah, contohnya saya sendiri, di kelas satu SD, ingin menjadi astronot. Kemudian mempunyai harapan menjadi pembalap. Ketika SMP bercita cita menjadi politikus. Lalu SMA ingin sekali kuliah di teknik industri agar dapat membuat pabrik dan menjadi pengusaha. Tapi setelah lulus SMA dan ingin ikut UMPTN lagi, berubah total menyukai teknik fisika atau seputar elektronik. Eh, jadinya kuliah di IT. hehehe.. Tapi saya bersyukur, ada salah satu aktifitas yang saya sebutkan di atas yang menjadi kenyataan, yaitu berwirausaha. Terakhir, walaupun saya bekerja lagi di negara orang setelah pensiun dini tapi saya tetap menargetkan akan convert ke full wirausaha. 

Inilah dokumentasi keinginan anak anak saya:

1. Putri, usia 8 tahun , bercita cita ingin menjadi dokter dan menjadi penulis.
2. Putri, usia 6 tahun, bercita cita ingin menjadi dokter anak dan tetap praktek selama belum punya anak, kalau sudah punya anak ingin kerja di rumah menjadi designer.
3. Putra, usia 4 tahun, belum pasti dalam menjawab, tapi jika saya tanya begini,"mau jadi pengusaha ya?". Dia mengangguk.. 

Saya akan melihat dan menunggu beberapa tahun kedepan, apakah keinginan mereka berubah atau tetap konsisten dengan pendiriannya. 

Sekarang saya dalam tahap memantau, meneliti, dan menemukan value/bakat/passion mereka. Dimulai dari berkonsultasi dengan guru psikologi di sekolah mereka. Alhamdulillah menemukan sedikit titik terang. Akhirnya jadi tahu learning style mereka. Saya akan berusaha lagi menggali potensi dan keinginan mereka, sehingga saya dapat melakukan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka agar mereka enjoy dalam melakukan belajar.

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Sebenarnya orang yang paling bahagia adalah orang yang pas pasan. Pas lagi memerlukan sesuatu, pas ada kesempatan yang mudah untuk mendapatkannya. Hal yang sama yang saya alami saat ini. Di saat saya ingin menerapkan homeschooling dalam rangka membina generasi rabbani, Alhamdulillah ada online course dari Stanford University dengan tema Designing a new learning environment
 
 
Sekarang saya sudah memasuki lecture yang pertama. Pada pekan ini, saya sudah mendapat assignment berupa paper yang harus sudah disubmit beberapa pekan lagi. Saya juga secara paralel mendapat tugas kelompok untuk final project nantinya.
 
Yang saya ingin fokus pelajari adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, metoda untuk melaksanakan hal ini di dalam aktifitas homeschooling, mungkin juga ditambah dengan merencanakan business model di bidang edukasi.
 
Di dalam lecture 1 ini, Alhamdulillah saya sudah mendapat banyak informasi berupa metoda, tips, tools, teori yang berhubungan dengan pembelajaran. Insya Allah saya akan terapkan pada aktifitas homeschooling di rumah saya.
 
Untuk mendokumentasikan hal di atas, saya sudah membuat blog baru dengan tema learning with abi and ummi . Mudah mudahan saya sempat untuk mendokumentasikannya di blog ini.
 
 
Abu Afra
Menjelang dimulainya petualangan baru bersama anak anak.

Teruntuk saudaraku di negeri seberang

Saudaraku fillah, manusia adalah makhluk lemah, sangat perlu pertolongan Allah di segala urusan. kita tidak dapat mengetahui perkara ghoib, masa depan adalah perkara yang kita tidak mengetahuinya dengan pasti,  maka kita disyari'atkan berdoa dan bertawassul dengan asma' dan sifat Nya agar kita memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.

Semoga antum dalam memutuskan pilihan, itu merupakan pilihan yang terbaik bagi masalah dunia dan juga kebaikan bagi agama, tidak saja bagi antum seorang tapi membawa maslahat bagi keluarga. (Ali Imran, 3: 159), jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkal lah kepada Allah.


Alhamdulillah, dengan kejadian ini, antum dapat mengerjakan shalat istikharah. Setelah menentukan pilihan, lakukan shalat istikharah, kemudian berdoa (sebagaimana yg terdapat di dalam buku doa dan wirid ustadz yazid), kemudian lakukanlah pilihan tadi... Jika pilihan itu baik bagi antum, maka PASTI Allah mudahkan. Jika itu membawa keburukan bagi antum, maka PASTI Allah palingkan antum dari pilihan tersebut dan diberikan kemudahan untuk memperoleh kebaikan di tempat lain.

Tidak akan menyesal orang yang meminta pilihan (istikharah) kepada al-Khaliq, bermusyawarah dengan makhluk dan teguh dalam perkaranya.

Terakhir, "tidak akan kecewa orang yang menggantungkan diri dan berharap kepada Allah"

Barakallahu fiikum..
 

Durusul lughoh kitab 2

Alhamdulillah adalah kata pertama yang terucap kala ustadz menyatakan saya dapat meneruskan ke kitab yang kedua. Itu artinya saya lulus tes durusul lughoh kitab 1

durusul-lughoh-kitab-1Tapi sungguh sayang, Insya Allah saya akan melanjutkan durusul lughoh kitab yang kedua tidak dalam waktu dekat, melainkan bulan depan. 

Sebenarnya sih tidaklah mengapa karena saya akan pulang kampung untuk bersilaturahim dengan orang tua dan sanak kerabat. Dalam hati saya berazzam, akan saya pelajari kitab dua secara mandiri di kampung agar nanti pas belajar lagi, Insya Allah akan lebih lancar dan lebih cepat waktunya.

Saya tidak akan banyak menulis disini, karena pikiran saya terbang melayang ke kampung halaman. Jadi saya cukupkan di sini saja.

Durusul Lughoh kitab 1

Alhamdulillah, setelah melewati beberapa tahapan waktu, akhirnya saya telah menghabiskan kitab Durusul lughoh jilid satu. Kitab yang berisi tentang pelajaran bahasa arab. 

Pekan ini saya sudah menamatkan dars yang ke 23, yang berarti telah habis menyantap seluruh pelajaran yang ada di kitab yang pertama. Saya belajar kitab ini dengan bimbingan seorang ustadz yang baik hati penuh kesabaran mengajarkan saya tahap demi tahap. Semoga beliau dikaruniai keberkahan ilmu.. Aamiin..

Beliau mengatakan bahwa pekan yang akan datang akan mengetes saya. Gunanya agar beliau mengetahui seberapa paham saya mengkaji kitab ke satu ini. Ada tiga tahapan tes, pertama adalah mufrodat (termasuk mufrod dan jama', mudzakkar dan mu'annats, dst), kedua adalah soal soal (tamarin) yang beliau berikan , dan tes terakhir adalah hiwar dan membuat kalimat serta mentranslate kalimat.

Jika saya lulus tes ini, beliau mengizinkan saya untuk melanjutkan mengkaji kitab yang ke dua. Hmmmh.. Ikhtiar yang sudah saya lakukan adalah:

- saya sudah menulis mufrodat yang ada di buku satu, memahamkannya di benak agar hapal, dan mengulang-ulang kata tersebut.
- membaca kitab tersebut dan mengulangi kembali.
- Membuat summary kitab tersebut di buku tulis tersendiri.
- Membaca buku tulis di atas.

Yang patut diingat adalah, jangan menyandarkan kepada ikhtiar kita semata, sandarkanlah semuanya hanya kepada Allah, mintalah kemudahan dalam menempuh perjalanan ilmu tersebut. Insya Allah akan dimudahkan.. Aamiin..


Doha,
Ditengah ngantuk yang dahsyat...


Nuansa lain pada ramadhan 1433 H - enjoying the moment

Untuk pertama kalinya, sahur dan berbuka pada ramadhan tahun ini saya nikmati hanya seorang diri. Eh maaf, saya koreksi. Sebenarnya sudah pernah, waktu ngekost di bandung selama dua tahun. Tapi kali ini beda, secara jarak Bandung-Jakarta bisa ditempuh via darat maksimum 3 jam. Kali ini jaraknya sudah lintas pulau, bahkan lintas negara. Tapi dua duanya memang paling berkesan dan pengalaman itu masih saya ingat bahkan sampai detailnya.

Dua pengalaman di atas, sama sama mengalami ramadhan yang jauh dari sanak keluarga. Akan tetapi, sama sama merupakan ramadhan yang mempunyai nuansa dan pengalaman spiritual yang beda. Saya tidak tahu mengapa, mungkin karena ada atmosfir petualangannya kali ya.

Sewaktu mahasiswa, rasanya berat sekali ketika sahur dan berbuka tidak menyantap masakan ibunda tercinta. Akan tetapi, saya merasakan pengalaman yang didapat sangat berharga. Bersama teman teman yang satu visi, memanfaatkan waktu bersama dengan kegiatan bermanfaat untuk menanti berbuka di masjid salman dan masjid istiqomah. Kadang kadang mengunjungi tempat yang tidak pernah kami kunjungi sebelumnya. Saling berbagi makanan. Apalagi kami memiliki tetangga yang sangat baik, Alhamdulillah. Mereka sering memberi makanan, kadang memberi nasi bersama lauknya. Itulah berkah ramadhan, dimana orang berlomba lomba untuk saling berbuat kebaikan. Kadang kami sahur di luar, jam tiga pagi kami sudah stand by dan saling membangunkan yang diakhiri berjalan bersama menuju masjid dekat kost untuk subuh berjamaah. Yang saya rasakan disini adalah nuansa kebersamaan. Kalo saya pikir dari sisi orang awam di bidang psikologi, ketika orang sama sama diperantauan, mereka senasib sepenanggungan, dan akan saling tolong menolong layaknya sebuah keluarga. Saya sangat menikmati pengalaman ini. Di rumah yang kami tempati, ada lima orang termasuk saya. Satu orang berasal dari SMA yang sama dengan sama, cuma beda nasib, beliau diterima di ITB, sedangkan saya tidak. Hehehe.. Satu orang berasal dari Magelang, juga kuliah di ITB. Satu orang berasal dari Serang, kuliah di Unisba. Dan satu orang adalah orang yang di'tua'kan sebagai senior kami, asal dari minang, kuliah di Unpad. Kalo diceritakan detail demi detail, mungkin akan jadi cerita berseri. Pokoknya seru dan tak terlupakan.

Sekarang, saya sedang menjalani pengalaman ramadhan yang kedua dimana saya jauh dari keluarga. Lagi lagi saya dapat nuansa yang berbeda akan tetapi memiliki spirit yang sama dengan pengalaman di atas, yaitu kebersamaan. Akan tetapi ada yang beda sekarang. Kebersamaan kali ini saya nikmati bersama orang orang berbeda negara. Sebelum menempati permanent residence, kami harus tinggal di temporary residence terlebih dahulu. Disinilah saya tinggal bersama teman dari mesir dan pakistan. Alhamdulillah mereka baik sekali, kadang kami saling bergantian menyiapkan buka. Dan kami saling sharing makanan, kadang saya makan makanan pakistan. Kadang beliau saya suguhi tempe dan bakwan. Ternyata mereka suka. Hehehehe. Yang tak kalah serunya, adakalanya kami hunting buka gratis di masjid oleh karena banyak sekali dermawan disini yang menawarkan makanan untuk berbuka. Bahkan kemarin, ketika kami berjalan di depan Majlis Restaurant dekat landmark, ada seorang bapak dengan keluarganya memanggil kami dan berkata,"ayo masuk ke restoran untuk buka bersama kami". Sayangnya kami ada janji dengan teman teman kantor juga untuk berbuka bersama, dan kami langsung mengucap terima kasih kepada beliau.

Satu lagi yang membuat saya menikmati malam ramadhan disini adalah saya bisa mendengar secara live bacaan qur'an dari syaikh yang ternama, seperti syaikh Abdullah Basfar, Syaikh Sa'd Alghamidi, Syaikh Fahad al kunduri, dan lain lain. Alhamdulillah ada seorang brother asal dari Aljazair tapi sudah lama menetap di Prancis, beliaulah tempat kami nebeng untuk berangkat bersama ke big masjid. Rombongan kami biasanya ada lima orang. Dua dari Prancis tapi asal aljazair, satu dari palestina, satu dari pakistan, dan saya sendiri. Biasanya sehabis tarawih, mereka mengundang ke flatnya untuk makan bersama. Tak kuasa saya menolak tawaran mereka. Hehehehe. Alhamdulillah, di sini saya menemukan dan berinteraksi dengan orang orang baik bagaikan satu keluarga.

Sebenarnya banyak lagi perasaan yang ingin saya tumpahkan di blog ini, tapi biarlah yang lainnya menjadi konsumsi saya sendiri saja. Kesimpulannya, Insya Allah pengalaman di rantau orang ini tidak pernah terlupa sepanjang hayat. Seperti pepatah "alam terkembang jadi guru". Banyak pelajaran yang saya dapat di rantau ini. Oleh karena itu, Insya Allah setelah tiba waktunya akan saya suruh anak anak saya menjadi perantau, agar mereka dapat belajar di universitas kehidupan ini. Agar mereka dapat meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat.

Baca: Perjalanan baru dimulai , berisi tentang perkataan Imam Syafi'i yang inspiratif tentang merantau

Semangat belajar

Bukan.. bukan saya. Mungkin pembaca mengira tulisan yang berjudul semangat belajar ini ditujukan atau menceritakan tentang saya. Hehehe.. Akan tetapi atasan saya yang orang lokal sini. Beliau sudah tua, akan tetapi sangat berminat mempelajari hal baru, salah satunya bahasa Indonesia.
Saya tidak tahu motivasinya mempelajari bahasa Indonesia, apakah ingin travel ke Indonesia atau yang lainnya. Lagipula kan itu bukan urusan saya untuk mencari tahu motivasinya. Hehehehe.
Yang jelas ketika beliau tahu saya sedang mempelajari bahasa arab, beliau langsung semangat dan berkata,”kalau ada kesulitan bisa bertanya ke saya, tapi kamu juga ajari saya bahasa Indonesia ya”. Gayung bersambut, saya iyakan permintaannya.
Hari ini saya tiba tiba dipanggil ke ruangannya yang cukup besar itu. Saya kira ada problem mengenai network di kantor yang segera harus saya tangani. Eh, ternyata beliau bilang, sekarang tolong ajari saya bahasa Indonesia dari dasar. Akhirnya saya ambil kertas dan pensil, membagi kertas itu menjadi tiga bagian. Bagian pertama saya alokasikan untuk bahasa Indonesia, bagian kedua untuk bahasa Inggris, dan bagian terakhir untuk bahasa Arab.
Untuk kesempatan kali ini, saya perkenalkan tentang greeting atau percakapan ketika bertemu orang. Misalnya, apa kabar, siapa namamu, dan seterusnya. Saya tulis bahasa Indonesianya, saya terangkan artinya dalam bahasa Inggris, lalu dia tuliskan kalimat itu ke dalam bahasa Arab.
Saya hanya bisa tertawa dalam hati (emang bisa ketawa ya??) ketika beliau melafalkan apa yang saya tulis dalam bahasa Indonesia. Ya iyalah, masa tertawa dihadapan beliau. Hehehe. Walaupun bagi saya pelafalannya lucu didengar, terlihat sekali beliau gigih untuk mempelajarinya (mungkin karena baru pertemuan pertama kali ya??)
Wah, rasanya seneng banget ngajarin orang luar berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pikiran bisnis saya langsung melayang nih, buka privat bimbingan bahasa Indonesia aja di sini kali ya...

Menikmati masakan sendiri

Mengenai hal yang termaktub di dalam judul, saya sudah menulis tentangnya di belajar memasak   Sebuah aktifitas yang muncul bermula dari keprihatinan (waduh bahasanya tingkat tinggi) kami akan cultural shock dimana ketika kami membeli makanan dan iseng mengkonversi harganya ke rupiah, kami mendapati harganya mahal untuk ukuran mata uang kami. Kenapa saya tulis “kami”? iya, karena saya berdua dengan tetangga yang sama sama belum bisa membawa family kesini. Dia berasal dari pakistan, dan ketika kami sama sama saling konversi harga dalam mata uang masing masing negara, kami hanya bisa geleng geleng kepala. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk memasak sendiri.
Saya tidak tahu, sekarang memasak itu sudah jadi hobi atau memang kondisi yang memaksa? Setelah dipikir pikir lebih dalam, sepertinya sih hobi (maaf ini pemikiran subjective dari saya.. hehehe).
Alhamdulillah, saya menemukan Indonesian grocery shop di sini. Setelah berkeliling ke setiap rak tanpa lelah, akhirnya saya menemukan harta karun terpendam yang selama ini saya cari. Saya mendapati bumbu pecel, tahu, dan tempe. Inilah harta karun yang terpendam selama ini yang akhirnya saya temui. Tanpa pikir panjang, saya membelinya. Malamnya saya masak tempe itu dengan bumbu tepung instan, tidak lupa makanan kebangsaan saya yaitu telur. Lalu saya campur bumbu pecel itu dengan air hangat. Wow, jadilah makan malam saya nasi putih kuah pecel, telur mata sapi, dan tahu. Kalau penilaian saya sendiri sih, makanannya enak. Buktinya habis satu piring.
Ternyata, saya baru menyadari menikmati makanan yang dimasak sendiri itu enak banget..
Moral of the story 1: Hasil yang didapat dengan perjuangan dengan tangan sendiri itu sangat nikmat. Contohnya ketika saya Alhamdulillah baru mendapat untung dari berjualan herbal yang akan dikirim ke Amerika, kalo dipikir untungnya tak seberapa. Tapi nikmatnya itu lho tak terhitung..
Moral of the story 2: Masakan yang dimasak sendiri, walaupun kurang enak rasanya. Tetapi tetap saja habis. Hehehehe.

Tidak terasa waktu berlari begitu cepat

Tabiat dasar manusia adalah pelupa. Oleh karena itulah para ulama menasihati kita agar selalu mengulang ulang pelajaran apakah itu hapalan qur’an, hadits, atau pelajaran lainnya. Ada dua nikmat yang sering dilupakan manusia. Apakah itu? Nikmat itu adalah nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang.
Berbicara masalah waktu, waktu adalah hal yang sangat penting untuk kita berdayakan semaksimal mungkin selama hayat masih dikandung badan. Untuk hal yang positif dan syar’i tentunya. Bahkan Allah Tabaraka wa Ta’ala bersumpah dengan waktu di surat Al Ashr.
Ada pepatah yang terkenal yang saya yakin anda semua hapal dengan kalimat ini. Kalimat itu adalah “waktu adalah laksana pedang”.  Jika kita tidak pandai menggunakan waktu ( dalam hal ini diumpamakan pedang), maka pedang ini akan menebas kita.
Alhamdulillah, sebelum saya hijrah ke tempat ini, saya sudah mengambil pensiun dini dari perusahaan tempat saya bekerja. Sempat selama enam bulan saya menjalani bisnis di rumah. Selama enam bulan itulah saya habiskan waktu berkualitas dengan ke empat anak yang pintar dan  shalih (Aamiin). Setiap pagi mengantarkan anak ke sekolah, pada siang hari menjemputnya. Ada moment dimana saya mendengar setoran hapalan qur’an dari anak anak. Ada waktu dimana saya harus membujuk salah satu anak untuk mengulangi iqro’. Ada peristiwa dimana saya berjalan bersama ke masjid dengan si jagoan sambil mengajarkannya ilmu dasar sebagai bekal kehidupan dunia dan akhirat. Banyak lagi momen indah yang tak terlupakan selama enam bulan itu yang tidak bisa ditulis detail disini. Hingga tak terasa, waktu keberangkatan itupun tiba.
Untuk sementara, saya tinggalkan mereka di kampung halaman sampai kondisi saya di sini stabil. Ditambah regulasi dari perusahaan tempat saya bekerja, saya harus mengurus Residence permit dulu sebelum menjadi sponsor buat anak dan istri.
Komunikasi pun dilakukan via bbm,sms, telephone, skype. Alhamdulillah hampir tiap hari kita komunikasi via bbm, mendengar celoteh anak anak yang memberitahukan keberhasilan dalam aktifitas yang mereka lakukan, progress hapalan yang Alhamdulillah sudah 3 juz, sampai hal yang bila diperhatikan sekilas remeh temeh padahal jika kita bisa memaknainya dan memasukkan hal positif ke dalamnya bisa menjadi sesuatu yang luar biasa... Insya Allah..
Sampai suatu waktu, ketika saya melihat foto putri sulung, amboi sekarang tampak seperti remaja. Tidak terasa, padahal rasanya baru kemarin saya lulus kuliah, padahal  rasanya baru kemarin saya menikah. Waktupun bergulir, dan Alhamdulillah sekarang saya lihat anak anak tumbuh dengan cepat. Semoga engkau menjadi anak anak yang shalih dan shalihah nak dan berbakti kepada orang tua mu kelak.

Akhirnya kami memilih homeschooling

Sebelumnya saya pernah menulis tentang homeschooling di beberapa artikel sebelumnya. Seperti di  http://abuafra.blogspot.com/2007/08/homeschooling-sebuah-alternatif.html  dan http://abuafra.blogspot.com/2006/08/gerakan-bersama-untuk-anak-kita.html
Pada tulisan sebelumnya, saya ingin sekali menerapkan homeschooling setelah terinspirasi cerita teman yang sharing mengenai aktifitas di sebuah komunitas homeschooling. Sebelum tahu banyak tentang apa itu homeschooling atau home education, persepsi saya adalah sama dengan pikiran banyak orang tua lainnya. Misalnya, anak anak itu HS (homeschooling) adalah anak yang kuper karena hanya belajar saja di rumah. Gimana kalau anak HS mau meneruskan studinya ke perguruan tinggi? Anak HS gak dapat ijazah dong, trus kalo mau kerja gimana? Dan seribu pernyataan dan pertanyaan lain yang ada dibenak saya.
Akan tetapi, setelah mendapat informasi yang shahih dari pelaku homeschooling dan survey ke tempatnya langsung serta melihat sendiri perkembangan anak anak member komunitas homeschooling, saya jadi surprised, kagum, dan bersyukur seraya berucap,”ternyata apa yang dibenak saya selama ini keliru”.
Kemudian saya mencari informasi di internet, apakah ada anak HS yang berhasil masuk perguruan tinggi favorit, dan saya menemukan dua link di bawah.
Setelah hijrah ke tempat baru ini, sebenarnya kami ingin menyekolahkan anak kami di international school atau minimal state school. Tapi saya menerima informasi dari ikhwan bahwa lingkungannya kurang kondusif sehingga apa apa yang kita bangun melalui SDIT di Indonesia jadi hancur lagi. Tidak hanya satu orang yang bilang begitu, tapi ada beberapa ikhwan yang bahkan telah 12 tahun menetap disini.
Ditambah lagi beberapa kondisi, akhirnya kami memutuskan menerapkan Homeschooling untuk anak anak kami, Insya Allah. Dalam bulan bulan ini, saya dan ibunya anak anak sedang giat giatnya mencari informasi dari praktisi langsung, para ummahat yang tangguh dan sabar mendidik anak anaknya. Lalu saya akan mendapatkan kurikulum terbaik, dan sistem terbaik untuk diterapkan di rumah kami, sebab lain anak lain pendekatannya, oleh karena itu kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan yang terbaik.
Saya akan menuliskan petualangan baru kami sekeluarga tentang homeschooling ini  pada blog khusus. Mungkin blog anak kami yang sudah ada seperti  http://karyahalwa.blogspot.com/ dan http://celotehanafra.blogspot.com/  akan diberdayakan guna menyimpan dokumentasi pelajaran (semacam worksheet atau lapbook).
Bismillah, petualangan baru dimulai......

Memuliakan orang tua

Tidak terasa waktu telah berjalan. Sudah satu bulan saya melabuhkan kapal di sini. Merapatkan kapal ini ke pulau harapan untuk memulai petualangan kehidupan agar mendapatkan pelajaran hidup penuh makna. Tidak terasa pula sejak komunikasi terakhir via skype, dan sekarang menunggu saatnya maghrib, saya tiba tiba teringat  ketika masa masa kecil dulu. 

Dengan manjanya saya bertingkah laku agar lebih diperhatikan oleh ibunda dan ayahanda. Dengan segala sifat kekurangan kanak kanak saya berinteraksi dengannya. Disitulah madrasah pertama saya. Madrasah dimana saya menimba ilmu tentang kehidupan. Tempat dimana pada suatu pagi kaki saya ditendang bapak saya karena saya malas sholat subuh. Tempat dimana ibu saya mengajar tentang kebaikan kepada anak anaknya. 

Sungguh tidak terasa, sekarang saya telah menjadi seorang pemuda, bahkan status di kartu keluarga sudah update menjadi ayah. Dan saat ini, pada detik saya menulis blog ini, rasa rindu pun tertumpah bagai air yang mencurah curah. Meminjam istilah gaul,"via skype mah udah gak ngaruh". Saya ingin mengucapkan salam, menyalami tangannya, memeluknya, menyentuhnya, dan merasakan getaran getaran kesyahduan yang rasanya tidak bisa saya lukiskan dengan kata kata. Getaran yang sama yang saya rasakan ketika saya berpamitan di bandara, dimana air mata ibunda tumpah ruah, sedangkan saya dengan susah payah menahan bulir air di mata. Saya usahakan tidak jatuh, setidaknya sampai saya masuk pesawat. Tibalah waktu penumpang sebagian besar tidur, barulah saya keluarkan apa apa yang saya pendam tadi.. (upss, ketahuan dech nangisnya..)

Saya tutup tulisan melankolis ini dengan mengutip bahasan dari buku yang sangat bagus tentang memuliakan orang tua, bacaan yang pas dengan kondisi hati saya. Judulnya Old is Gold. Berikut bahasannya..

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (QS ArRahman:60). Di dalam Taisir Al karim ar Rahman fi tafsir Kalam al Mannan di juz 7 hal. 257, dijelaskan tentang tafsir ayat ini bahwa: "bukankah balasan orang yg berbuat baik dalam beribadah kepada Allah & memberi manfaat kepada hamba2 Nya, melainkan Allah berbuat baik kepadanya dgn balasan yg sempurna, keberuntungan yg besar dan kehidupan yang selamat".

Apatah lagi  berbuat baik pd orang tua. Allah akan membalas kebaikan padanya.  Dari Anas, bahwa Rasulullah bersabda: "Tidaklah seorang pemuda/i yang memuliakan orang tua karena umurnya kecuali Allah akan menyiapkan baginya orang yang akan memuliakannya ketika tua" ('aridh al ahwadzi, juz 8 hal 179)

Best regards,
Dari yg rindu ibunda dan papanda

Tulisan terkait:
Adab berbicara dengan orang tua

Pejabat arogan

Saya jadi terusik dengan timeline di twitter dan status temen temen di facebook, yang bercerita tentang pejabat arogan, aksi para koboy jalanan, dan lainnya seperti yang seperti disebarkan di berbagai social media lainnya.
Tapi tulisan kali ini, saya tidak akan membahas tentang hal ini akan tetapi perkataan ‘ulama yang saya dapat di twitulama.tumblr.com
Perkataan beliau adalah: “Allah mengangkat kedudukan orang zhalim agar manusia dapat melihat kejatuhannya dari atas ketinggian, bukan supaya orang orang menghormati dan memuliakan mereka”
Pikiran saya langsung menuju ke istidraj. Allah membuat orang orang sombong, zhalim, dan melenakan mereka serta memberikan mereka kesenangan walau banyak maksiat yang mereka kerjakan. Akan tetapi pada hakikatnya hal itu adalah hukuman yang Allah ulur waktunya untuk mereka. Sebagaimana terdapat dalam hadits Nabi sebagai berikut:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ
اسْتِدْرَاجٌ
Bila engkau melihat Allah Ta’ala memberi hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan) dari Allah.
Semoga kita mendapat hidayah taufiq dari Allah agar terhindar dari sifat arogan, sombong, zhalim. Aamiin...

Arsip Blog