Pages

Nuansa lain pada ramadhan 1433 H - enjoying the moment

Untuk pertama kalinya, sahur dan berbuka pada ramadhan tahun ini saya nikmati hanya seorang diri. Eh maaf, saya koreksi. Sebenarnya sudah pernah, waktu ngekost di bandung selama dua tahun. Tapi kali ini beda, secara jarak Bandung-Jakarta bisa ditempuh via darat maksimum 3 jam. Kali ini jaraknya sudah lintas pulau, bahkan lintas negara. Tapi dua duanya memang paling berkesan dan pengalaman itu masih saya ingat bahkan sampai detailnya.

Dua pengalaman di atas, sama sama mengalami ramadhan yang jauh dari sanak keluarga. Akan tetapi, sama sama merupakan ramadhan yang mempunyai nuansa dan pengalaman spiritual yang beda. Saya tidak tahu mengapa, mungkin karena ada atmosfir petualangannya kali ya.

Sewaktu mahasiswa, rasanya berat sekali ketika sahur dan berbuka tidak menyantap masakan ibunda tercinta. Akan tetapi, saya merasakan pengalaman yang didapat sangat berharga. Bersama teman teman yang satu visi, memanfaatkan waktu bersama dengan kegiatan bermanfaat untuk menanti berbuka di masjid salman dan masjid istiqomah. Kadang kadang mengunjungi tempat yang tidak pernah kami kunjungi sebelumnya. Saling berbagi makanan. Apalagi kami memiliki tetangga yang sangat baik, Alhamdulillah. Mereka sering memberi makanan, kadang memberi nasi bersama lauknya. Itulah berkah ramadhan, dimana orang berlomba lomba untuk saling berbuat kebaikan. Kadang kami sahur di luar, jam tiga pagi kami sudah stand by dan saling membangunkan yang diakhiri berjalan bersama menuju masjid dekat kost untuk subuh berjamaah. Yang saya rasakan disini adalah nuansa kebersamaan. Kalo saya pikir dari sisi orang awam di bidang psikologi, ketika orang sama sama diperantauan, mereka senasib sepenanggungan, dan akan saling tolong menolong layaknya sebuah keluarga. Saya sangat menikmati pengalaman ini. Di rumah yang kami tempati, ada lima orang termasuk saya. Satu orang berasal dari SMA yang sama dengan sama, cuma beda nasib, beliau diterima di ITB, sedangkan saya tidak. Hehehe.. Satu orang berasal dari Magelang, juga kuliah di ITB. Satu orang berasal dari Serang, kuliah di Unisba. Dan satu orang adalah orang yang di'tua'kan sebagai senior kami, asal dari minang, kuliah di Unpad. Kalo diceritakan detail demi detail, mungkin akan jadi cerita berseri. Pokoknya seru dan tak terlupakan.

Sekarang, saya sedang menjalani pengalaman ramadhan yang kedua dimana saya jauh dari keluarga. Lagi lagi saya dapat nuansa yang berbeda akan tetapi memiliki spirit yang sama dengan pengalaman di atas, yaitu kebersamaan. Akan tetapi ada yang beda sekarang. Kebersamaan kali ini saya nikmati bersama orang orang berbeda negara. Sebelum menempati permanent residence, kami harus tinggal di temporary residence terlebih dahulu. Disinilah saya tinggal bersama teman dari mesir dan pakistan. Alhamdulillah mereka baik sekali, kadang kami saling bergantian menyiapkan buka. Dan kami saling sharing makanan, kadang saya makan makanan pakistan. Kadang beliau saya suguhi tempe dan bakwan. Ternyata mereka suka. Hehehehe. Yang tak kalah serunya, adakalanya kami hunting buka gratis di masjid oleh karena banyak sekali dermawan disini yang menawarkan makanan untuk berbuka. Bahkan kemarin, ketika kami berjalan di depan Majlis Restaurant dekat landmark, ada seorang bapak dengan keluarganya memanggil kami dan berkata,"ayo masuk ke restoran untuk buka bersama kami". Sayangnya kami ada janji dengan teman teman kantor juga untuk berbuka bersama, dan kami langsung mengucap terima kasih kepada beliau.

Satu lagi yang membuat saya menikmati malam ramadhan disini adalah saya bisa mendengar secara live bacaan qur'an dari syaikh yang ternama, seperti syaikh Abdullah Basfar, Syaikh Sa'd Alghamidi, Syaikh Fahad al kunduri, dan lain lain. Alhamdulillah ada seorang brother asal dari Aljazair tapi sudah lama menetap di Prancis, beliaulah tempat kami nebeng untuk berangkat bersama ke big masjid. Rombongan kami biasanya ada lima orang. Dua dari Prancis tapi asal aljazair, satu dari palestina, satu dari pakistan, dan saya sendiri. Biasanya sehabis tarawih, mereka mengundang ke flatnya untuk makan bersama. Tak kuasa saya menolak tawaran mereka. Hehehehe. Alhamdulillah, di sini saya menemukan dan berinteraksi dengan orang orang baik bagaikan satu keluarga.

Sebenarnya banyak lagi perasaan yang ingin saya tumpahkan di blog ini, tapi biarlah yang lainnya menjadi konsumsi saya sendiri saja. Kesimpulannya, Insya Allah pengalaman di rantau orang ini tidak pernah terlupa sepanjang hayat. Seperti pepatah "alam terkembang jadi guru". Banyak pelajaran yang saya dapat di rantau ini. Oleh karena itu, Insya Allah setelah tiba waktunya akan saya suruh anak anak saya menjadi perantau, agar mereka dapat belajar di universitas kehidupan ini. Agar mereka dapat meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat.

Baca: Perjalanan baru dimulai , berisi tentang perkataan Imam Syafi'i yang inspiratif tentang merantau