Pages

Belajar masak

Biaya makan di kota Doha jika kita pergi ke restoran, akan terasa sekali mahalnya jika mengkonversikan biayanya ke dalam rupiah. Kita ambil contoh, untuk harga termurah di restoran india, dengan sepiring chicken biryani, kita harus merogoh kocek sebesar 10 real (kira kira 25 ribu rupiah). Untungnya, mereka memberikan porsi yang banyak, sehingga saya bisa menghabiskan 10 real dengan dua kali makan.
Saya mempunyai tetangga orang pakistan, dia berkata,”saya sudah biasa masak, dan ingin membuat saja makanan sendiri, karena kita sudah mulai memasuki musim panas, sehingga kita tidak perlu lagi pergi ke restoran dengan berpanas panas ria”.
Gayung bersambut, saya sambut baik ajakan dia. Dan kami sepakat untuk sharing biaya untuk semuanya. Jadilah kita hari ini belanja beras, minyak goreng, bumbu bumbu, ayam, dan lain lain. Kata dia, ini cukup untuk makan tiga kali untuk kita berdua. Kita coba saja.
Nah, beliau berjanji mulai besok akan memasak, dan saya akan ikut juga meracik dan memasak sendiri. Alhamdulillah, saya akan punya keahlian baru. Karena selama ini saya hanya bisa memasak air, membuat mie instan, menggoreng telor ceplok. Sekarang saya akan punya tambahan skill yaitu membuat chicken biryani.
Ada dua keuntungan yang di dapat dari hal ini, yaitu biaya untuk makan bisa dihemat, dan ada tambahan keahlian masak.

Sabar tuk peroleh cita

Tulisan kemarin stay focus adalah cemeti motivasi untuk saya agar tetap fokus untuk meraih impian. Dan agar bisa meraihnya, diperlukan kesabaran.. ya, kesabaran tuk peroleh cita. Ada perkataan dari seorang yang shalih yang akan saya sharing pada kesempatan kali ini. Semoga kita dapat mengimplementasikan sebuah ibadah yang bernama sabar ini.
Inilah perkataan beliau:
Biarkan aku menggapai ketinggian yang belum pernah teraih. Sebab kesulitan karya tinggi memang sulit, dan karya mudah memang amat mudah. Padahal untuk mencari madu harus menghadapi tusukan lebah.
Siapa berusaha sabar peroleh ilmu, ia akan menggapainya.
Siapa ingin meminang wanita, ia harus sabar melakukan pengorbanan.
Siapa tidak mau menghinakan jiwa tuk peroleh ketinggian, selamanya ia hidup dalam kehinaan.
Impian yang luhur hanyalah dalam ibadah dan keistiqomahan. Celaka, kau habiskan umur dan waktu berlalu antara kehinaan, kelemahan, dan kemalasan.
Tidaklah Rasulullah bertemu brigade musuh, selain beliau menjadi manusia pertama tama yang menghadang.

Stay focus

Alhamdulillah, untuk sementara ini saya mempunyai waktu luang. Banyak orang yang tertipu oleh nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang. Tanda orang yang bersyukur adalah orang yang dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan aktifitas bermanfaat. Banyak sekali aktifitas yang dapat dilakukan disini, baik yang sifatnya duniawi maupun ukhrawi. Oleh karena itu saya harus fokus agar hasil maksimal. Saya sharing perkataan seorang ‘ulama, silakan menikmati kelezatan hikmah perkataan beliau.

Inilah perkataan beliau:

Orang yang mencari kualitas prestasi di sisi Allah dan akhirat, dan juga untuk memperoleh prestasi setiap ilmu, skill dan kepemimpinan, Ia harus menjadi pribadi pemberani dan yakin atas impiannya. Ia juga tidak tertarik dengan selainnya (baca: fokus pada impiannya), asyik dengan tujuannya, mengenal baik jalan yang harus dilalui dan jalan yang akan menggagalkannya.

Ia terus melaju menggapai mimpinya dengan teguh. Ia tidak mengalihkan jalan karena celaan para pencela. Ia tenang, berpikir dalam dalam dan tidak goyah dengan kelezatan pujian.  Ia menjalankan segala jalan yang membantu impian, halangan tidak menjadikannya menyingkir.

Slogannya adalah sabar, kelezatannya adalah keletihan itu sendiri. Ia disiplin atas waktunya. Tidak berinteraksi kepada manusia selain dengan sangat hati hati. Ia rakus untuk meraih suatu hal yang istimewa, tidak melakukan hal yang sia sia.

Dan inti dari kesemuanya adalah menghentikan kebiasaan buruk dan menggergaji segala hal yang merintangi dirimu dan impianmu.

Jadi warga dunia

Tetangga saya sebelah kiri berasal dari mesir, sebelah kanan berasal dari pakistan. Sedangkan rekan kerja saya dari US. Alhamdulillah dahulu semasa SMP, saya ikut kursus bahasa Inggris walaupun tidak sampai tamat. Akhirnya kepake juga walaupun hanya cas cis cus saja. Yang penting mereka mengerti apa yang saya sampaikan, dan saya mengerti apa yang mereka sampaikan. Mungkin benar ada orang yang mengatakan “power of kepepet”. Oleh karena menjadi warga dunia, dan salah satu komunikasinya menggunakan bahasa Inggris, maka dengan perasaan kepepet saya harus berkomunikasi dengan bahasa inggris.

Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan kali ini. Beberapa malam yang lalu, ada kejadian yang membuat saya ingin menguasai bahasa arab dengan cepat. Tetangga saya sebelah kiri saya adalah seorang Doktor dan menjadi peneliti di salah satu kementrian qatar. Beliau mempunyai teman yang seorang Doktor juga dan berasal dari Mauritania.

Kebetulan dia main kerumah saya, karena ingin bertanya tanya dan meminta tolong untuk menyelesaikan masalah software di notebooknya. Doktor dari mauritania ini adalah peneliti mengenai hewan dan obat (gak tahu detailnya). Yang membuat saya kagum adalah ternyata dari penuturan temannya ini, beliau hapal Al qur’an 30 juz. Dan yang membuat saya tambah simpati adalah beliau bisa bahasa prancis, arab, dan inggris.

Nah, kejadian yang membuat saya malu adalah ketika beliau bertanya,”bisa bahasa arab?”. Saya jawab,”baru belajar”. Dia bertanya lagi,”bisa baca Al Qur’an?”. Saya jawab,”bisa”. Mungkin karena dia penasaran, dia mengambil mushaf dan saya disuruh baca. Dia bilang,”bagus bacaannya”. Trus dia heran sambil bertanya,”kenapa kamu tiap hari baca Al Qur’an, kok tidak tahu artinya?”, “bukankah alquran petunjuk jalan?”.

Glek, sambil menelan air ludah dan membuat saya tertohok, saya menjawab,”I will enhance my arabic start from now”. Lalu dia berkata,”good, Masya Allah”.

Moral of the story, mumpung masih ada waktu apalagi yang tinggal di middle east, mari kita belajar bahasa arab layaknya kita mati matian belajar bahasa inggris. Dengan menguasai bahasa arab, kita dapat membaca kitab asli (baca: bukan terjemahan) untuk mempelajari ilmu syar’i dan kita dapat mengerti pada syaikh memberikan nasihatnya pada khutbah jum’at.



Berjuta kesabaran

“Anda harus membawa bekal berton ton kesabaran ketika anda hendak kesini”, itu kata salah seorang member milis yang saya ikuti. Dan akhirnya memang saya alami sendiri disini. Mulai dari urusan transportasi, yang jika kita tidak menelpon taxi beberapa hari sebelumnya, kita tidak akan dapat taxi yang resmi. Sedangkan untuk menunggu taxi tak resmi di tengah jalan, kita perlu waktu paling cepat 10 menit (jika beruntung) dan paling lama tak terbatas. Hehehehe.. Kenapa saya melukiskan dengan kalimat hiperbolik di atas? Yah, begitulah, saya pernah jalan dari belakang city center untuk menunggu taxi, saking lamanya menunggu, sayapun berjalan menyusuri jalanan sampai akhirnya seorang driver yang berasal dari bangladesh memberi tanda, dan akhirnya saya bisa duduk manis di mobil dan menuju ke rumah.

Kita juga harus mengurus sendiri segala sesuatunya, dan harus sering sering mengingatkan petugas di kantor untuk memproses segala sesuatunya agar residence permit dapat diperoleh.
Dan terutama kesabaran untuk bertemu lagi dengan keluarga tercinta.

Jadi prosesnya adalah ngurus ngurus dokumen, berikan itu ke mandoub, tunggu medical check up, setelah itu finger print, bersamaan itu juga ngurus untuk ID card di kantor, dan lain sebagainya. Setelah itu, ngurus housing, dan akhirnya bawa keluarga untuk berpetualang bersama di sini.

Hhhmmhh. Semoga prosesnya cepat. Aamiin...

Sosialisasi pertama

Jauh sebelum saya tiba di Doha. Alhamdulillah saya sudah join di milis mengenai kehidupan di qatar dan milis para ikhwan yang aktif mengadakan kajian ilmiah di qatar. Jadi saya sudah “agak” mengenal seluk beluk qatar walaupun dengan hanya membayangkannya.

Alhamdulillah, saya sudah mendapatkan nomor telepon rekan seperjuangan yang lebih dahulu berpetualang di sana. Jadi setibanya saya di kota yang indah ini, saya langsung sms mereka. Alhamdulillah respon mereka baik dan menyambut hangat kedatangan saya.

Untungnya ada rekan yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya, jadi beliau sering mengajak saya ke restoran indonesia.. HHmmmh, jadi bisa makan lontong sayur, baso, rendang, tempe, dan yang lain.. Sangat nikmat sekali rasanya. Mengapa? Karena berhari hari lidah ini berusaha untuk berkawan dengan masakan india. Alhamdulillah lidah ini akhirnya menyambut hangat biryani, mandy, makanan pakistan (yang saya gak tahu namanya).Mengapa saya memilih makan di restoran india? Karena restoran ini sangat bersahabat dengan dompet saya. Oleh karena itu saya sangat menyambut dengan antusias persahabatan ini walaupun perlu beberapa hari adaptasi.

Setelah itu, saya dikenalkan dengan ikhwan lain yang sudah lama tinggal disini, tempat tempat kajian, ustadz yang bekerja di awqaf yang menjadi muadzin atau imam di masjid. Saya berasa seperti di rumah sendiri (baca: di negeri sendiri).

Segala puji bagi Allah, pas beberapa hari kedatangan saya di qatar, bertepatan pula ada dauroh yang diisi oleh ustadz yang datang dari Indonesia. Oleh karena belum punya kartu sakti (baca: residence permit yg sedang in progress), maka saya belum punya kendaraan dan driving licence. Tapi, Alhamdulillah ada ikhwan yang bersedia menjemput dan mengantar saya, semoga beliau diberi keberkahan oleh Allah..

Melalui mereka, saya bertanya banyak seputar sekolah anak, tempat kajian, tempat tahfizhul Qur’an, dimana belajar bahasa arab, dan lain lain. Hal ini membuat saya lebih siap dalam mengarungi kehidupan di tempat yang baru ini.

Hari pertama kerja

Saya tidak tahu penyebab berdetaknya jantung saya yang semakin mengeras, mungkin karena adrenalin saya terpacu sehingga aliran darah dari dan menuju jantung semakin deras atau akibat yang lain. Yang saya ingat adalah saya merasakan jantung saya berbunyi dag.. dig.... dug....

Sampailah di kantor, dan setelah itu berkenalan dengan rekan satu ruangan yang terdiri dari berbagai macam negara seperti pakistan, india, amerika, mesir, dan lain lain. Saya hanya tersenyum di hati, ketika mereka berusaha untuk mengeja nama saya yang mungkin menurut mereka sudah benar tapi bagi saya aneh... hehehe.. maklum selama ini yang manggil saya orang yang satu bahasa jadi ketika mendengar nama saya diucapkan dengan dialek berbeda, jadi terasa aneh.

Hari itu, saya diajak berkeliling ke ruang server, core switch, router, dmz, dan lain lain yang merupakan tanggung jawab kami agar mereka berjalan dengan baik setiap hari. Tidak hanya itu, saya juga bertanggung jawab terhadap seluruh infrastruktur lain seperti IP Phone, CCTV, dan lain lain.

Tidak terasa, walaupun belum ada kerjaan yang signifikan, ketika saya melihat jam kesayangan saya yang bertengger di pergelangan tangan kanan, saya berteriak dalam hati,”wah sudah hampir waktu pulang nih”. Kenapa bisa begitu? Karena memang jam kerja disini lebih cepat daripada di jakarta. Hehehe..

Hal ini salah satu dari ribuan nikmat yang saya harus bersyukur karenanya. Jam kerjanya lebih pendek, dan trafiknya lebih sepi dari jakarta. Jadi saya bisa menikmati waktu luang disini. Alhamdulillah. Hadza min fadhli Rabbii. Oleh karena itu saya merencanakan beberapa aktifitas positif yang dapat saya nikmati disini. Semoga saya dapat istiqomah dalam menjalankan apa yang direncanakan untuk kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat.

Welcome to Doha

Jam 11 malam waktu Doha, saya mendarat dengan mulus, Alhamdulillah. Beribu perasaan mencekam batin, apakah yang jemput saya sudah datang, jika tidak datang datang saya tidur dimana nanti, dan seratus pertanyaan menghampiri batin saya bertubi tubi.

Alhamdulillah, orang kantor datang menyambut persis ketika saya keluar dari pintu dan langsung membawa saya ke mobilnya. Tanpa basa basi, kita langsung menuju temporary residence yang disediakan perusahaan.

Kedatangan saya pertama disambut hujan, sehingga membuat pikiran saya melayang ke kota tempat tinggal yang sering hujan. Batin saya berkata,”oh ternyata ada hujan toh disini”. Tak terasa perjalanan begitu singkat dan sampailah saya di rumah sementara, setelah beres beres, langsung saya dekati selimut hangat dan bantal empuk untuk meluruskan punggung yang selama delapan jam duduk manis di pesawat.

Saya terbangun ketika bunyi alarm dari handphone memekakkan telinga, saya tarik selimut dan langsung berinteraksi dengan air hangat di kamar mandi, setelah itu langsung menuju ke masjid yang Alhamdulillah sangat dekat dengan rumah.

Ketika di tengah perjalanan menuju masjid, gerimis datang menyapa pagi dan sepertinya hendak berkenalan dengan saya. Akhirnya saya sambut perkenalannya dan saya biarkan diri saya terkena terpaannya. Bukan karena sudah biasa main hujan, tapi karena saya memang tidak punya payung. Hehehe

Setelah kembali ke rumah, tetangga saya orang egypt yang sangat ramah membuatkan saya telur ceplok versi dia dan menyediakan roti. Saya tidak tahu jenis roti apa ini, tapi sepertinya sejenis roti maryam (something like that).

Setelah sarapan, saya dijemput orang kantor, dan dimulailah petualangan sebenarnya.....

Keberangkatan

Akhirnya, e-ticket dan visa sudah ditangan. Saya print dan copy dokumen itu. Saya persiapkan semua dokumen yang mungkin akan diperlukan, misalnya: ijazah asli dan terjemahan dengan penerjemah tersumpah, akte kelahiran asli dan terjemahan, surat nikah asli dan terjemahan, kartu keluarga, pas photo semua ukuran, token pin untuk internet banking, dan seterusnya.

Di pekan pekan terakhir, berjuta rasa bercampur aduk. Ada perasaan senang tapi dibalik itu ada perasaan sedih karena akan meninggalkan keluarga untuk sementara. Ada lagi perasaan seperti mimpi, disamping itu ada perasaan kecemasan apakah saya mampu beradaptasi dan bekerja dengan baik di negeri orang.

Alhamdulillah, dengan berdo’a dan menggantungkan diri kepada Allah, hati menjadi tenang. Dan akhirnya sampailah ke tanggal dimana saya harus berangkat ke bandara dan menaiki burung besar yang bernama Qatar Airways.

Dan petualangan itu dimulai...

Tibalah waktunya

Setelah bersabar dan lelah menunggu berbulan bulan, akhirnya momen itu datang juga. Ketika saya melakukan perjalanan dan mengalami pasang surut berbisnis, tiba tiba saya dikejutkan dengan email bahwa saya harus mengirim paspor yang baru dan beberapa surat lain. Mereka meminta dokumen dokumen tersebut untuk mengurus visa dan mengirim tiket.

Tidak ada kata lain yang terucap selain ucapan hamdalah, dan batin saya berkata, “Hadza min fadhli rabbiy” Setelah itu masa menunggu dimulai lagi. Saya searching di forum forum, ada yang bilang tiga bulan, ada yang bilang dua bulan, dan seterusnya. Oleh karena itu saya pun santai saja, sambil menikmati kebersamaan dengan istri tercinta beserta anak tersayang tentunya.

Tapi, pada suatu hari, saya dikagetkan dengan email yang menyebutkan bahwa saya harus datang ke qatar segera. Mungkin karena memang lagi diperlukan atau hal yang lain. Hal ini membuat adrenalin saya bergerak kencang.

Dengan gerak cepat, saya membeli koper, pakaian, dan segala material yang diperlukan disana. Saya juga mengurus dokumen dokumen, bank account, surat surat penting, surat kuasa, dan lain sebagainya.

Setelah itu, saya sangat menikmati saat menunggu keberangkatan tiba dengan menghabiskan waktu bersama keluarga, menikmati kota tempat tinggal yang sangat indah, menikmati hujan yang turun menerpa rumah, pokoknya segala hal detail saya nikmati sambil menunggu keberangkatan itu.

Apakah saya plin plan

Tentu anda yang telah membaca tulisan saya yang lalu menanyakan saya hal ini,”kok plin plan sih?” “kemarin bercita cita mau jadi pengusaha, kok sekarang mau nerima jadi karyawan lagi?” OK, saya sangat mengerti sekali jika anda bertanya tentang hal itu. Di tulisan saya di blog lama anda dapat menyimpulkan bahwa saya sedang merintis menjadi enterpreneur sejati dan enjoy dalam menikmati perjalanannya. “Kok tiba tiba ketika ada tawaran kerjaan, masih diterima ya”, mungkin itu tambahan pertanyaan dari anda yang telah mengenal saya sejak lama.

Mungkin anda bisa membaca tulisan saya sebelumnya yang berjudul perjalanan dimulai. Yah, memang saya bekerja ke ke negara seberang. Untuk memulai usaha di negara orang, sepertinya untuk ukuran saya agak susah untuk memulainya karena belum kenal medan dan belum mengetahui persyaratan untuk membuka usaha di sana. Oleh karena itu ketika saya hijrah ke negeri orang, hal yang lebih mudah dijalani adalah menjadi karyawan dulu. Menikmati usaha mencari nafkah ini di negeri orang, setelah itu barulah melihat ribuan peluang yang ada di depan mata.

Dan memang, seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya adalah keinginan saya untuk menjadi pengusaha di negeri orang suatu saat nanti. Insya Allah.

Jadi kesimpulannya adalah.....

Masa menunggu

“You have to be patient”, “Everything will going to be slow here”. Itulah kata kata orang company ketika saya tanyakan tentang progress pemberangkatan saya ke pulau harapan. “Based on my experience, the process will be taken from 3 month up to 1 year”. Itulah kata beliau, yang membuat saya harus sabar menunggu dan menunggu.

Alhamdulillah walaupun belum 100% jadi berangkat ke pulau harapan, tapi saya memberanikan diri untuk mengikuti program pensiun dini dari kantor yang sekarang karena saya akan full wirausaha. Anda dapat membaca perjalanan wirausaha saya pada tulisan sebelumnya. Olehkarena itu saya bulatkan tekad saya untuk mengambil pensiun dini dan jika tidak jadi berangkat, maka saya siap membakar kapal dan menjadi enterpreneur sejati.

Bulan bulan pertama saya bebas dari rutinitas kantor, saya habiskan kegiatan untuk fokus menjadi publisher adsense. Alhamdulillah pada bulan Oktober mendapat kiriman western union dari google. Hal ini membuat saya makin semangat melakukan petualangan di bidang publisher.

Selain itu, aktifitas saya habiskan untuk menghapal Al qur’an, antar jemput anak tercinta, berenang (makanya saya jualan baju renang muslim,hehehe ngiklan dikit), dan berdagang.

Ternyata dengan berwirausaha, kita akan dapat banyak teman dan dapat saling membantu. Ada teman yang kesulitan modal, akhirnya kami bekerja sama dalam usaha produksi sirwal (Celana ), ada lagi kerjasama mudharabah dengan pelaku usaha toko buku dan herbal. Hasil yang didapatkan beragam, ada yang menurut ukuran saya sukses, adapula yang sangat tersendat.

Yang tersendat ini, karena saya tidak teliti dalam melakukan kerjasama dengannya. Saya kenal orang ini sudah lama, makanya saya tidak punya pikiran negatif terhadapnya, ditambah ucapannya yang meyakinkan. Walhasil sampai keberangkatan saya ke pulau harapan, beliau belum memenuhi janjinya untuk mengembalikan bagi hasilnya.

Tapi yang utama adalah, saya telah menjadi orang bebas. Bebas dari kemacetan yang membuat 4 jam waktu saya dihabiskan dijalan. Bebas dari beban berat dipundak akibat bekerja di bidang yang saya tidak mempunyai passion di dalamnya. Bebas memilih waktu untuk melakukan aktifitas yang bermanfaat, seperti mengantarkan ibunda berobat tiap hari senin, berenang di hari kerja, silaturahim di hari kerja, dan lain lain.

Sampai datanglah saat itu......... (bersambung)

Perjalanan baru dimulai

Pertama kali saya membaca perkataan Imam Syafi’i , maka semakin kuat motivasi saya untuk berlayar menuju pulau harapan. Sebenarnya banyak alasan yang membuat saya memutuskan untuk keluar dari perusahaan besar di Indonesia dan melakukan pembelajaran hidup dengan berdagang sambil menunggu kepastian keberangkatan saya ke daerah yang mendekati bumi para nabi ini. Sebagian kecilnya telah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya.

Apakah perkataan sang imam yang sangat indah dan menyentuh ini, silakan menikmatinya. Berikut adalah perkataan beliau:

Orang bijak dan bermoral tidak mengenal kata lelah.

Tinggalkan tanah kelahiran dan lakukanlah pengembaraan.

Lakukanlah safar, kau akan dapatkan pengganti dari segala yang kau tinggal.

Berlelah lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Air menjadi rusak karena diam tertahan, jika mengalir menjadi jernih dan jika tidak kan keruh menggenang.

Singa jika tidak tinggalkan sarang tak kan dapat mangsa.

Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran.

Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam, tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang.

Tongkat gaharu, semula hanyalah kayu bakar biasa jika di dalam hutan.