Pages

Nuansa Ramadhan di Rumah kami

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Yang Maha Pemberi Rezeki dan Pemberi Pertolongan atas nikmat-Nya yang dikaruniai kepadaku terutama nikmat dapat membeli rumah baru dan menempatinya bersama istri dan anak-anakku. Moment yang tidak bisa kulupakan ini bertepatan dengan waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh para Mu’minin, yaitu bulan Ramadhan, bulan dimana do’a dikabulkan, dosa dihapuskan, kebaikan dilipatgandakan.

Hari ini adalah hari pertamaku sahur dan berbuka di rumah sendiri, ya di rumahku dimana aku memegang amanah sebagai kepala keluarga. Ada nuansa yang lain saat menikmati indahnya lantunan Qur’an Syaikh Musyari Rasyid, kebahagiaan yang amat sangat melihat anak-anak menikmati makanannya, kedamaian pada saat waktu sahur bersama keluarga.

Tak henti-hentinya aku bersyukur atas rizki yang Allah berikan kepada kami sekeluarga, walaupun sekarang kami mengalami kondisi yang serba kekurangan. Akhirnya kami menemukan rumah di dekat sumber ‘ilmu sehingga kami sekeluarga kelak dengan izin-Nya akan menuntut ‘ilmu syar’i disini. Mudah-mudahan rumah baru ini bukan merupakan tujuan akhir kami. Akan tetapi ini adalah langkah awal perjalanan kami menuju kebahagiaan dunia dan kesuksesan di kampung akhirat nanti.

Mudah-mudahan dari rumah ini terlahir generasi-generasi berTauhid, generasi Rabbani. Generasi unggulan yang bermanhaj benar dan sukses. Aamiiin…

Energy to take action

Energi..., kata yang akhir-akhir ini sering disebut-sebut masyarakat Indonesia. Terutama tentang hemat energi karena cadangan energi kita hampir habis. Para peneliti berlomba-lomba untuk mencari alternatif sumber energi, mulai dari briket batubara, buah jarak, energi arus laut untuk pembangkit listrik, dan lain-lain.

Namun yang dibahas pada tulisan ini adalah kebalikannya. Diperlukan energi potensial yang besar untuk dikonversikan menjadi energi gerak agar kita dapat melakukan "action". Terlebih action ini adalah perubahan sikap, perubahan pola pikir, perubahan orientasi, dan perubahan-perubahan ke arah positif lainnya. Kali ini kita perkecil temanya yaitu "take action" untuk berubah "wujud" dari pegawai (orang gajian) menjadi usahawan (menggaji orang).

Ibarat "memberangkatkan" roket, diperlukan energi sangat besar agar roket bisa lepas landas. Setelah terbang, energi yang diperlukan untuk mempertahankan roket itu terbang ke tempat tujuannya semakin ringan. Hal itu pulalah yang terjadi pada kita, untuk merubah kebiasaan menjadi kebiasaan yang positif, diperlukan motivasi yang luar biasa kuatnya. Bayangkan begitu beratnya kita untuk membiasakan bangun pagi sebelum shalat subuh. Akan tetapi setelah sebulan atau dua bulan waktu berjalan, Insya Allah itu akan menjadi kebiasaan kita dan tidak memerlukan energi sebesar kita mulai pertama kali.

Semenjak saya ikut dalam komunitas TDA belum lama ini, saya merasa telah mengumpulkan energi potensial yang begitu besar akibat membaca postingan pendahulu-pendahulu saya dalam berbisnis dan membaca blog beliau. Energi ini saya konversikan menjadi energi "gerak", yaitu "take action" walaupun dalam skala kecil (ikut bazar). Dalam kegagalan saya di langkah pertama, banyak rekan-rekan memberikan energinya berbentuk amunisi motivasi yang dituangkan dalam kata-kata baik via japri maupun via milis TDA. Terima kasih kepada Pak Eko dan Pak Hadi yang menuangkan pengalaman-pengalaman yang berharga di milis TDA. Terima kasih juga kepada Bapak/Ibu yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang memberikan energi positifnya via japri.

Memang dalam kegagalan jatuhnya saya dilangkah pertama ini diperlukan energi yang besar untuk bangkit kembali. Mudah-mudahan dengan menulis ini, didapat energi pelecut semangat untuk kembali "berbuat". Dan dengan dasar itulah maka saya bertekad pindah kuadran.

written by:
Abu Afra
Sya'ban 1427
September 2006

Pindah Kuadran

Tulisan ini terinspirasi dari penjelasan pak Yusef di blognya (http://yusefjh.blogspot.com). Terimakasih ya pak atas uraian pengalaman Bapak dimulai dari menjadi PNS kemudian pensiun dini setelah berkubang di dalam kehidupan amphibi (menurut istilah beliau).

Selama ini aku berdagang secara konvensional dan biasa saja. Oleh karena rutinitas dan kesibukan di kantor, aku tidak sempat melakukan perenungan dan pembelajaran tentang kecerdasan finansial. Setelah membaca bukunya Safir senduk, aku jadi tahu bahwa kesalahan terbesarku adalah mencampuradukkan keuangan dagangan dengan keuangan pribadi. Pantas saja, jumlah angka di buku rekening tabunganku tidak bertambah secara signifikan. Wong setiap keuntungan bisnis langsung aku pakai untuk keperluan sehari-hari yang tiada habisnya. Otomatis rekening tabungan daganganku tidak bertambah secara dahsyat.

Kembali ke bahasan pindah kuadran. Yang pertama harus kita lakukan adalah men-setting goal. Goal atau tujuan tersebut didapat dari akumulasi pembelajaran dan perenungan mendalam. Misalnya cita-cita jangka pendek kita adalah pindah kuadran, dari pekerja menjadi business owner. Setelah tahu tujuan jangka pendek, baru kita tentukan target. Ilustrasinya bisa digambarkan sebagai berikut:

-> Cita-cita jangka pendek: 1. Resign dari tempat bekerja.
2. Menjalankan bisnis sendiri.
-> Target: Resign 5 tahun kedepan.
-> Action: 1. Mulai detik kita menetapkan tujuan, saat itu pula kita hidup amphibi (sebagai pekerja dan sebagai bisnis owner)
2. Pisahkan tabungan yang diperoleh dari gaji dengan tabungan yang diperoleh dari
bisnis.
3. Dua tahun pertama, ambil target untuk mengambil mengambil 80% dari gaji dan 20% dari bisnis untuk keperluan rumah tangga sehari-hari.
4. Tetapkan target waktu, sampai akhirnya 0% dari gaji dan 100% dari bisnis kita
manfaatkan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari.

Langkah 4 ini diperlukan sebagai persiapan mental agar kita tidak tergantung kepada gaji serta membiasakan diri memakai sumber pemasukan dari bisnis untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Dana 100% gaji bisa kita simpan terus untuk tabungan kita, bisa untuk tabungan haji bersama keluarga, untuk membeli kendaraan, rumah, membesarkan bisnis dan lain-lain.

5. Lakukan langkah 4 ini, sehingga kita terbiasa menggunakan hasil dari bisnis untuk
keperluan keluarga sehari-hari.
6. Finally, resign dari perusahaan tempat kita mencari nafkah. Dan memulai kehidupan baru.

Setelah aku mendapatkan ilmu ini, Insya Allah aku akan "take action". Secepatnya aku akan merubah mindset-ku. Dan dengan menyebut nama Allah yang Maha Kasih aku telah menetapkan target bahwa di usia 35 tahun aku akan melebarkan sayap usahaku sendiri sebelum akhirnya pindah kuadran. Jika ada program pensiun dini di perusahaanku bekerja pada saat itu, akulah orang pertama yang gagah berani mendaftar.


Written by:
Abu Afra
Sya'ban 1427 H
September 2006