Pages

Menyikapi Kesuksesan dan Kegagalan

Pada hakikatnya dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini manusia tidak terlepas dari dua kejadian yang menimpa padanya, yaitu kesuksesan dan kegagalan. Dua hal ini ibarat dua permukaan mata uang, kadang-kadang kesuksesan berada di atas yang berarti kita mengalami keberhasilan dan kadang pula kesuksesan berada di bawah yang berarti kita sedang menemui kegagalan.

Manusia yang hidup di dunia ini siapapun dia, apakah seorang ibu rumah tangga, presiden, pekerja, pedagang, pelajar, mahasiswa, dan lain-lain pasti mengalami dua hal di atas. Seorang presiden yang tidak bisa memberantas korupsi yang terjadi di wilayah kekuasaannya berarti dia gagal dalam mengemban amanah rakyatnya. Seorang ibu yang mempunyai anak yang shalih, cerdas, dan berprestasi berarti sukses dalam mendidik anaknya. Mahasiswa yang mendapat IPK 1,7 berarti dia gagal dalam menekuni studinya.

Terdapat banyak cara menyikapi kesuksesan dan kegagalan, cara menyikapi ini biasanya tergantung pada pengalaman, pemahaman seseorang terhadap agama dan kepercayaannya, dan lingkungannya ( keluarga, tempat tinggal, kerabat, teman atau relasi, dan lain lain).

Dalam menyikapi kegagalan, ada yang bersifat fatalisme, yaitu pasrah 100%. Biasanya sifat ini jika mengalami kegagalan berkata "Ah sudahlah, ini kan sudah takdirku". Orang-orang ini berkata itu dengan penuh kepasrahan tanpa melakukan evaluasi dan koreksi atas tindakannya yang telah lalu. Ada pula yang menyalahkan takdir dengan berkata, "Kenapa ya, padahal aku sudah mengerjakan hal tersebut dengan sekuat tenaga sampai-sampai mengorbankan waktu bersama keluarga kok hasilnya tidak seperti yang aku targetkan?"

Lain pula dalam menyikapi keberhasilan, ada yang dengan sombongnya berkata, "Ah ini kan hasil perjuangan saya, karena sayalah proyek ini berhasil". Kita lupa bahwa dengan pertolongan Allah kita bisa mencapai keberhasilan tersebut.

Manusia yang ideal dan paripurna adalah yang menyikapi ke dua hal tersebut sesuai dengan porsinya. Jika mengalami kesuksesan dia bersyukur kepada Allah yang menolongnya mencapai keberhasilan, sebaliknya dia sabar dan tawakkal serta melakukan evaluasi, koreksi untuk melangkah ke depan.

Kalau kita melihat perjalanan Rasulullah 1400-an tahun yang lalu, beliau pernah dilempari batu ketika berdakwah di suatu daerah dimana penduduknya masih berada di alam kegelapan. Kalau kita menarik kesimpulan sesaat dan jangka pendek, ini merupakan kegagalan dalam berdakwah. Dalam kisah ini kita melihat bahwa Rasulullah yang do'anya pasti dikabulkan tidak mendo'akan penduduk itu dibinasakan melainkan memohonkan ampun dan diberikan hidayah kepada kaum tersebut, karena kaum itu belum mengetahui kebenaran yang hakiki.

Sekarang dapat kita rasakan dakwah Rasulullah dan para sahabatnya, berkat kesabaran beliau dan pengikutnya serta pertolongan dari Allah, Islam tersebar ke seluruh penjuru hingga sekarang. Berkat bantuan Allah dan perjuangan tanpa lelah, kita bisa merasakan kesuksesan dakwah Rasulullah. Bahkan Allah memberikan predikat ummat yang terbaik, seperti yang tercantum dalam Surat Ali Imran:110 (QS.3:110).

Akhir kata, kita dapat merenungi ayat-ayat yang ada di dalam Alqur'an Surat Al Ma'aarij:19-35 (QS. 70:19-35) di bawah ini:

19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
23. yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
24. dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
25. bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),
26. dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
27. dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
28. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).
29. Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
30. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
31. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
32. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
33. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya
34. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
35. Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan.

0 comments: