Sebenarnya mau sih untuk reimburse biaya ke kantor, tapi dengan pengalaman yang sudah dua kali, yang dicoretlah obatnya, dikurangi-lah biaya dokter spesialisnya, akhirnya dengan pasrah saya hanya dapat penggantian kurang dari setengahnya. Saya mencoba bersyukur, “Alhamdulillah dapat pengganti walaupun kurang dari setengah” walaupun di dalam hati ngedumel tak karuan.
Contoh yang kedua: membiasakan untuk mengisi waktu seperti wirausahawan lainnya yang mempunyai kebebasan waktu. Ada yang pesiar, ada yang berkebun, ada yang beternak, ada yang menyalurkan hobi melukis, olahraga dan lainnya. Yang saya pilih adalah berkebun, ya… saya punya hobi baru “bercocok tanam”. Siapa tahu dari hobi ini bisa berkembang ke agro bisnis. Alhamdulillah, kami dikaruniai halaman yang luas di depan, tengah, dan belakang rumah, jadi saya berdayakan halaman itu untuk menanam pohon mangga (sedang berbuah), pisang (sudah merasakan buahnya), pepaya (sudah berbuah), singkong (kalo yang ini malah sudah dua kali menikmatinya), tanaman anti nyamuk (zodia), euphorbia, adenium, dan banyak lagi tanaman. Duh, nikmatnya melihat dan menuai apa yang sudah kita tanam dan lebih nikmat lagi memberikan kepada orang yang lain apa yang sudah kita punya.
Pohon pisang yang baru tumbuh lagi.
Pohon singkong yang baru tumbuh setelah dipanen.
Dulunya pohon singkong karet, sekarang sudah ditanam pohon mangga yang sudah berbuah.
Hikmah yang dapat diambil dari kejadian ini: saya punya variasi dalam ritme kehidupan ini, tidak hanya sekedar “rat race” (yang sudah baca bukunya Kiyosaki pasti tahu istilah rat race ini). Yang penting melatih mental untuk mengerjakan sesuatu yang berarti untuk mengisi waktu agar jika suatu saat nanti mempunyai kebebasan waktu karena sudah berada di quadran investor, tidak kaget (cultural shock).
Wassalam,
Notes:
TDA (tangan di atas) : adalah entrepreneur, istilah ini dikenalkan oleh komunitas Tangan Di Atas, yang dikomandani oleh Roni Yuzirman.
0 comments:
Post a Comment