Pada zaman dahulu hiduplah orang shalih yang bekerja sebagai petani sebut saja si fulan. Sang petani shalih ini didatangi oleh seseorang sebut saja si pengelana karena penasaran akan kejadian yang dialaminya. Ceritanya begini, pada suatu hari si pengelana mendengar suara dari atas langit. Dia mendengar suara yang menyebutkan kira kira seperti ini, "wahai awan pergilah ke tempat si fulan dan siramilah ladangnya".
Lalu si pengelanapun pergi mengikuti kemana gerak awan dan akhirnya sampailah ke tempat si fulan. Benar saja dugaannya, dia melihat suatu lahan pertanian yang subur dan banyak air untuk irigasinya. Setelah sampai, dia mengucapkan salam kepada si fulan. Setelah itu, dia bertanya kepada si fulan,"apakah nama engkau fulan?" dia menyebutkan nama yang dia dengar suaranya dari atas langit tadi. Si Fulanpun bertanya, "mengapa engkau menanyakan namaku wahai saudara?". Si pengelana bercerita dari awal sampai akhir mengenai suara yang didengarnya dari atas langit, lalu bertanya, "apakah saja amalanmu hingga sampai bisa terjadi seperti ini?"
Si fulanpun menjawab,"kalau begitu kiranya, baiklah, aku hanya membagi 1/3 hasil yang ku dapat dari bertani ini". Dia menambahkan,"dari harta hasil bertani ini, sepertiganya aku nafkahkan kepada keluargaku, sepertiganya aku sedekahkan di jalan Allah, dan sepertiganya lagi aku sisihkan buat modal bertaniku selanjutnya"..
Saya membaca kisah ini dan membayangkan,"oh inilah kiranya amalan perencanaan keuangan agar kita mendapat pertolongan Allah". Sebuah amalan yang secara teori sangat simple, tapi perlu keistiqomahan untuk menerapkannya di keseharian. Mengapa saya sebut perlu keistiqomahan alias kekonsistenan? Oleh karena, terkadang dalam mengarungi kehidupan ini, fitnah dunia sangat kuat mencengkram kita sehingga kita seakan terlupakan kepada kehidupan sesudah dunia (baca: akhirat) sehingga kitapun enggan untuk mengeluarkan sebagian harta yang didapat untuk sedekah kepada saudara kita. Kita cenderung memilih untuk menghabiskan harta itu untuk kesenangan dunia dan menghamburkannya hanya demi menikmati fasilitas dunia yang semakin menggoda.
Mari kita sama sama berdo'a agar dapat menerapkan amalan yang dicontohkan oleh generasi shalih terdahulu yang dengannya mereka mendapatkan kemenangan dan pertolongan Allah sehingga dapat sukses dunia dan akhirat. Sekarang saya sedang menjalani usaha produksi baju renang muslim dan muslimah, mudah mudahan saya bisa menerapkan managemen harta ini. Amboi, alangkah indahnya jika konsep yang saya namakan "sepertiga" ini saya bisa terapkan dikeseharian.
Teori sudah didapat dari baca buku, sekarang saatnya praktek.... Action!!!
Lalu si pengelanapun pergi mengikuti kemana gerak awan dan akhirnya sampailah ke tempat si fulan. Benar saja dugaannya, dia melihat suatu lahan pertanian yang subur dan banyak air untuk irigasinya. Setelah sampai, dia mengucapkan salam kepada si fulan. Setelah itu, dia bertanya kepada si fulan,"apakah nama engkau fulan?" dia menyebutkan nama yang dia dengar suaranya dari atas langit tadi. Si Fulanpun bertanya, "mengapa engkau menanyakan namaku wahai saudara?". Si pengelana bercerita dari awal sampai akhir mengenai suara yang didengarnya dari atas langit, lalu bertanya, "apakah saja amalanmu hingga sampai bisa terjadi seperti ini?"
Si fulanpun menjawab,"kalau begitu kiranya, baiklah, aku hanya membagi 1/3 hasil yang ku dapat dari bertani ini". Dia menambahkan,"dari harta hasil bertani ini, sepertiganya aku nafkahkan kepada keluargaku, sepertiganya aku sedekahkan di jalan Allah, dan sepertiganya lagi aku sisihkan buat modal bertaniku selanjutnya"..
Saya membaca kisah ini dan membayangkan,"oh inilah kiranya amalan perencanaan keuangan agar kita mendapat pertolongan Allah". Sebuah amalan yang secara teori sangat simple, tapi perlu keistiqomahan untuk menerapkannya di keseharian. Mengapa saya sebut perlu keistiqomahan alias kekonsistenan? Oleh karena, terkadang dalam mengarungi kehidupan ini, fitnah dunia sangat kuat mencengkram kita sehingga kita seakan terlupakan kepada kehidupan sesudah dunia (baca: akhirat) sehingga kitapun enggan untuk mengeluarkan sebagian harta yang didapat untuk sedekah kepada saudara kita. Kita cenderung memilih untuk menghabiskan harta itu untuk kesenangan dunia dan menghamburkannya hanya demi menikmati fasilitas dunia yang semakin menggoda.
Mari kita sama sama berdo'a agar dapat menerapkan amalan yang dicontohkan oleh generasi shalih terdahulu yang dengannya mereka mendapatkan kemenangan dan pertolongan Allah sehingga dapat sukses dunia dan akhirat. Sekarang saya sedang menjalani usaha produksi baju renang muslim dan muslimah, mudah mudahan saya bisa menerapkan managemen harta ini. Amboi, alangkah indahnya jika konsep yang saya namakan "sepertiga" ini saya bisa terapkan dikeseharian.
Teori sudah didapat dari baca buku, sekarang saatnya praktek.... Action!!!
0 comments:
Post a Comment