Sobat, kali ini saya mengisahkan sesosok ayah yang bernama Fulan. Fulan bersama dengan istri dan anak-anaknya telah merasakan pahit getir, suka duka, senang susah, asam garamnya kehidupan di negeri seberang.
Oleh karena ada kepentingan, maka si Fulan mengantarkan istri dan anaknya ke kampung halamannya. Segera setelah menikmati indahnya silaturahim bersama orang-tua dan kerabat lainnya, si Fulan kembali pergi ke negeri seberang. Fulan kembali seorang diri. Untuk sementara sosok ayah ini terpisah jarak dengan istri dan anak-anaknya.
Alhamdulillah, Allah Ta'ala telah memudahkan mereka untuk berkomunikasi sekedar untuk bertanya kabar, menyetor hafalan, atau untuk saling berbagi kisah apa yang telah dilampauinya.
Terbayang betapa ruwet dan sibuknya istri si Fulan mengurus rumah dan anak-anaknya. Betapa tidak, anak-anak si Fulan sedang dalam masa bertumbuh dan sedang aktif-aktifnya melakukan sesuatu karena rasa ingin tahunya yang besar.
Terbayang pula adaptasi yang harus dilakukan anak-anak si Fulan, sebab selama di negeri seberang mereka belajar ala homeschooling. Tidak ada kelas khusus untuk belajar, tempat belajar bisa dimana saja. Tidak ada waktu khusus untuk belajar, mereka belajar kapan waktu saja, tergantung kesiapan mereka dan ibunya. Tidak ada metoda khusus untuk mendapat ilmu baru, bisa saja hari ini mereka membaca buku, besok mendengar dari ayah atau dari ibunya.
Kini mereka berada dikampung halamannya, mereka kembali belajar di sekolah. Ada kelas belajar. Ada waktu khusus untuk masuk ke kelas. Dan metoda untuk mendapat ilmu baru yang relatif seragam.
Segala puji bagi Allah, mereka dapat melewati itu semua. Allah karuniakan kepada anak-anak itu kemampuan adaptasi yang cepat.
Ketika ada pertemuan orang-tua dan guru, istri si Fulan datang ke sekolah. Mereka berbincang tentang kemajuan anak-anak. Para guru mereka menyebutkan bahwa anak-anak termasuk anak yang disenangi oleh temannya, dan baik sikapnya disekolah. Alhamdulillah.
Waktu terus berjalan, sampailah waktu pembagian raport kenaikan kelas. Si Fulan mendapat kabar yang membahagiakan hatinya, ketiga anaknya mendapat nilai rata-rata diatas 96. Maa syaa Allah.
Begitu suka cita hatinya. Si Fulan jadi terbayang kepada sosok istrinya, yang merupakan sosok 'super mom'. Sosok yang sabar dan telaten dalam mengajarkan ketiga anak-anaknya, memotivasi mereka agar berprestasi di sekolah, ditambah lagi mengurus anaknya yang masih balita.
Dibalik suka cita si Fulan, terdapat ribuan doa bagi anak-anaknya agar adab dan akhlaknya sebagus nilai raportnya. Diiringi dengan ucapan selamat kepada mereka, dan motivasi bagi mereka agar tetap semangat dalam berbuat kebaikan. Terus berprestasi, tetap bertaqwa dimanapun mereka berada.
Si Fulanpun berpesan kepada anak-anaknya, terus kejar ilmu, terutama ilmu syar'i. Buah ilmu adalah amalan. Orang lain akan dapat merasakan manisnya buah adab dan akhlakmu.
Ilmu itu melahirkan Tauhid yang kuat, aqidah yang mantap, akhlak yang indah. Ilmu itu menelurkan sosok pribadi bertaqwa.
Imam Ahmad berkata:
Pokok ilmu adalah rasa takut pada Allah
sumber: antara ilmu dan rasa takut pada Allah
__
Awal Ramadhan
menunggu adzan zuhur berkumandang