Pages

Kisah dua buah negeri awan

Sobat, maukah engkau mendengar ceritaku ini. Cerita mengenai dua buah negeri. Sebutlah negeri pertama itu bernama negeri bumi, sedangkan negeri kedua kita sebut negeri awan.

Alkisah si Fulan lahir di negeri bumi. Fulan mencintai negerinya, karena keluarga si Fulan berada disana. Fulan dewasa dan bertumbuh di negeri bumi. Banyak kejadian dikeseharian yang membuatnya belajar pada alam yang terkembang. 

Suatu saat, Allah Ta'ala melimpahkan nikmat kepadanya berkesempatan untuk bekerja dan tinggal di negeri awan. Fulan mengajak keluarga intinya tinggal disana, untuk mengayuh bahtera kehidupan bersama dirantau. 

Fulan banyak sekali merasakan nikmat yang Allah berikan kepada penduduk negeri awan. Salah satu dari nikmat yang dirasakan adalah nikmat rasa aman dan keamanan. Bahwa tidak mungkin ada nol keburukan, itu betul sekali. Namun setidaknya tindak kejahatan di negeri awan sangat jauh lebih kecil dari negeri bumi.

Bayangkan sobat, beberapa tahun yang lalu saat Fulan menginjakkan kakinya di negeri awan, pernah Fulan shalat di Masjid pada sebuah rumah sakit besar, Fulan dan para jamaah menunggu ditegakkannya iqomah pertanda dilaksanakannya shalat. Sengaja Fulan duduk bersender pada dinding di belakang masjid. Ada hal membuat si Fulan terkesan, ada beberapa dokter masuk dan meletakkan tasnya di dinding belakang, lalu segera mereka meluncur ke barisan paling depan meninggalkan tas mereka yang saya yakin tas tersebut berisi laptop dan alat-alat penting lain.

Wow, karena baru menginjakkan di negeri awan, Fulan merasa 'amazing' dengan keadaan ini. Terlebih selepas shalat, Fulan mendapati seluruh barang-barang atau tas-tas yang diletakkan dan disenderkan pada dinding, masih berada pada tempatnya untuk segera diambil oleh si empunya.

Pikiran Fulan mengembara ke negeri bumi, dia bandingkan dua kejadian yang menimpa jamaah shalat di salah satu masjid kantor. Tas yang diletakkan di pinggir shaf (bukan di belakang) saja bisa raib. Aneh, entah dengan teknik apa si pencuri bisa mengambilnya. Oleh karena itu, setiap Fulan membawa tas, Fulan tidak lupa meletakkan tas tersebut di depannya persis.

Pengalaman kedua, Fulan melihat tetangganya di negeri awan meletakkan begitu saja sendal dan sepatunya di luar rumah. Fulan merasa heran dengan ini, dan bertanya dalam hati, "mengapa tidak diletakkan di dalam saja? apa tidak takut hilang?" Dan ternyata setelah tahunan masa dilewati si Fulan, sendal dan sepatu itu masih ada ditempatnya. Alias tidak ada yang mengambilnya. Bahkan Fulan kadang-kadang singgah untuk shalat ashar sepulang dari kantor, tentunya dengan menaruh sepatu di luar pintu masjid, Alhamdulillah sampai detik ini tidak pernah ada kejadian sepatu si Fulan hilang karena dicuri.

Fulanpun kembali ingat pengalaman di sebuah mushalla kecil dekat rumahnya. Kaum mukminin di pemukiman itu melakukan shalat subuh berjamaah. Ada tetangga yang selepas shubuh, beliau langsung berangkat ke tempat kerja, sehingga beliau memakai sepatu. Sobat pasti bisa menerka apa yang terjadi. Setelah Fulan dan jamaah subuh semua keluar, mereke mendapati beliau sedang kebingungan mencari sepatunya. 

Alhamdulillah, atas karunia Allah, si Fulan dapat bekerja dengan lancar. Si Fulan mendapat gaji dari pekerjaannya itu. Sebagian gajinya Fulan kirimkan kepada orang-tua dan kerabatnya di negeri bumi. Fulan membawa uang yang cukup besar untuk ukuran si Fulan. Namun, perjalanan dari rumah, mengambil uang di ATM, dan berjalan ke tempat 'money transfer' tidak ada perasaan gelisah. Sepanjang perjalan, si Fulan menikmati keindahan alam sekeliling. Tidak ada perasaan was-was di sana.

Fulan membandingkan dengan negeri bumi, ketika mengambil uang di ATM, Fulan selalu melirik ke sebelah kanan, lalu kiri, kadang-kadang melihat ke belakang, untuk memastikan apakah ada orang yang mengikutinya. Lalu ketika perjalanan membawa uang yang cukup besar, lagi-lagi si Fulan melihat ke sekeliling untuk memeriksa apakah ada orang yang mencurigakan.

Sebenarnya aktivitasnya sama, yaitu sama-sama melihat ke sekeliling, namun di negeri awan si Fulan melihat sekeliling untuk menikmati indahnya pemandangan, seperti bangunan rumah yang indah dan taman yang artistik, sedangkan di negeri bumi si Fulan melihat sekeliling untuk terus memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigakan yang mengikutinya untuk merampas uangnya.

Jikalau pena digoreskan untuk menghitung nikmat Allah yang diberikan kepada negeri awan dan si Fulan, mungkin tulisan ini akan terlalu panjang untuk dituliskan di blog ini. 

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah.

Namun, kini si Fulan menemukan 'negeri awan' yang lain. Si Fulan bercita-cita untuk tinggal di sana. Bermimpi setidaknya tinggal di sana beberapa bulan, dan tinggal di negeri bumi beberapa bulan. Begitu seterusnya setiap tahun. 

Untuk mengejar mimpi itu, si Fulan terpaksa meninggalkan negeri awan untuk kembali ke negeri bumi untuk menguatkan fondasi kehidupannya. Berat memang untuk meninggalkan negeri awan itu. Namun itu adalah pilihan. Ada harga yang harus di bayar. 

Si Fulan terus menggenggam mimpi itu walau banyak aral melintang. Bahkan si Fulan bercita-cita meninggal di negeri itu, sebab si Fulan telah membaca hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

Barangsiapa diantara kalian yang mampu wafat di Madinah maka hendaknya ia wafat di Madinah, karena sesungguhnya aku memberi syafa'at baginya atau menjadi saksi baginya

(HR An-Nasaai)

3 comments:

Unknown said...

semoga mimpi-mimpi fulan dapat terwujud

Unknown said...

semoga mimpi-mimpi fulan dapat terwujud

Anonymous said...

true story
keren
negeri awan di atas awan judulnya
semoga dimudahkan Pak
aamiin

(eks tetangga di negeri bumi)