Ketika Cinta Bertasbih dan Edensor
Di satu minggu liburan ini, ada dua buku yang kulahap dengan lezatnya. Dan dua-duanya walaupun unreality, tapi bisa membuat batin ini berdialog seru dengan diri sendiri yang akhirnya bisa menajamkan pisau motivasiku.
Pertama adalah Edensor nya Andrea "Ikal" Hirata
Dari pertama seri tetralogi ini dan dilanjutkan dengan Sang Pemimpi, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran tentang keberanian bermimpi dan mengikatnya di sanubari dan disiplin dalam mejemput mozaik hidup. Terlebih lagi seri ke tiga ini, ada untaian kata ( hal 42) yang membuat saya membacanya berulang kali dan menggelitik alam bawah sadar saya serta berkata dalam hati, "sepertinya saya ingin juga begitu, mudah2an saja bisa".. Inilah kalimatnya:
" Aku memutuskan keluar dari pekerjaan di kantor pos yang telah menggiring ke kutub moderat. Semakin lama semakin berkurang tantangannya. Pekerjaan itu tidak memberiku kelimpahan,tapi memberi keamanan finansial dan kehidupan yang itu itu saja, demikian gampang diramalkan kesudahannya. Aku terjamin secara sederhana, terlindung oleh sistem, stabil secara psikologis,mapan secara sosial, dan semua itu membuatku bosan. Aku merasa seperti tupai yang sibuk menggendong pinangnya, kura kura yang mengerut ke dalam tamengnya, atau siput yang sembunyi di balik cangkangnya"
Selanjutnya kalimat yang lebih menggetarkan lagi:
" Aku ingin hidup mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin liku liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!
Yang kedua adalah Ketika Cinta Bertasbih 2 nya Kang Abik
Seri ke dua dari dwilogi Ketika Cinta bertasbih ini juga membuat liburan saya menyenangkan emosi saya dan serta merta memberi air kesegaran pada motivasi saya yang sedang kering. Saya larut dalam perenungan tentang kisah cinta anak manusia bernama Azzam yang akhirnya mendapatkan istri tercinta dengan berliku di medan yang sulit. Tapi bukan itu yang utama, yang saya kagum adalah jiwa enterprenurnya yang dahsyat dan smart. Dimana dia membiayai Ummi tercinta dan adik-adiknya sambil belajar di negeri seberang sana, dan itu tidak sebentar, bertahun-tahun.
Ketika baso cintanya berhasil menuai sukses besar, ada yang iri dengannya. Dihembuskanlah fitnah formalin dan sebagainya. Azzam tidak patah semangat, justru adrenalinnya mengucur deras dan otaknya bekerja smart. Hasilnya...... Keberhasilan demi keberhasilan diraihnya.
Hanya satu kata yang saya simpulkan dari dua buku ini...... Dahsyat !!! (pinjam istilah pak Tung)
Technorati : Book
Del.icio.us : Book
Flickr : Book
0 comments:
Post a Comment