Jauh sebelum saya tiba di Doha. Alhamdulillah saya sudah join di milis mengenai kehidupan di qatar dan milis para ikhwan yang aktif mengadakan kajian ilmiah di qatar. Jadi saya sudah “agak” mengenal seluk beluk qatar walaupun dengan hanya membayangkannya.
Alhamdulillah, saya sudah mendapatkan nomor telepon rekan seperjuangan yang lebih dahulu berpetualang di sana. Jadi setibanya saya di kota yang indah ini, saya langsung sms mereka. Alhamdulillah respon mereka baik dan menyambut hangat kedatangan saya.
Untungnya ada rekan yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya, jadi beliau sering mengajak saya ke restoran indonesia.. HHmmmh, jadi bisa makan lontong sayur, baso, rendang, tempe, dan yang lain.. Sangat nikmat sekali rasanya. Mengapa? Karena berhari hari lidah ini berusaha untuk berkawan dengan masakan india. Alhamdulillah lidah ini akhirnya menyambut hangat biryani, mandy, makanan pakistan (yang saya gak tahu namanya).Mengapa saya memilih makan di restoran india? Karena restoran ini sangat bersahabat dengan dompet saya. Oleh karena itu saya sangat menyambut dengan antusias persahabatan ini walaupun perlu beberapa hari adaptasi.
Setelah itu, saya dikenalkan dengan ikhwan lain yang sudah lama tinggal disini, tempat tempat kajian, ustadz yang bekerja di awqaf yang menjadi muadzin atau imam di masjid. Saya berasa seperti di rumah sendiri (baca: di negeri sendiri).
Segala puji bagi Allah, pas beberapa hari kedatangan saya di qatar, bertepatan pula ada dauroh yang diisi oleh ustadz yang datang dari Indonesia. Oleh karena belum punya kartu sakti (baca: residence permit yg sedang in progress), maka saya belum punya kendaraan dan driving licence. Tapi, Alhamdulillah ada ikhwan yang bersedia menjemput dan mengantar saya, semoga beliau diberi keberkahan oleh Allah..
Melalui mereka, saya bertanya banyak seputar sekolah anak, tempat kajian, tempat tahfizhul Qur’an, dimana belajar bahasa arab, dan lain lain. Hal ini membuat saya lebih siap dalam mengarungi kehidupan di tempat yang baru ini.
Alhamdulillah, saya sudah mendapatkan nomor telepon rekan seperjuangan yang lebih dahulu berpetualang di sana. Jadi setibanya saya di kota yang indah ini, saya langsung sms mereka. Alhamdulillah respon mereka baik dan menyambut hangat kedatangan saya.
Untungnya ada rekan yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya, jadi beliau sering mengajak saya ke restoran indonesia.. HHmmmh, jadi bisa makan lontong sayur, baso, rendang, tempe, dan yang lain.. Sangat nikmat sekali rasanya. Mengapa? Karena berhari hari lidah ini berusaha untuk berkawan dengan masakan india. Alhamdulillah lidah ini akhirnya menyambut hangat biryani, mandy, makanan pakistan (yang saya gak tahu namanya).Mengapa saya memilih makan di restoran india? Karena restoran ini sangat bersahabat dengan dompet saya. Oleh karena itu saya sangat menyambut dengan antusias persahabatan ini walaupun perlu beberapa hari adaptasi.
Setelah itu, saya dikenalkan dengan ikhwan lain yang sudah lama tinggal disini, tempat tempat kajian, ustadz yang bekerja di awqaf yang menjadi muadzin atau imam di masjid. Saya berasa seperti di rumah sendiri (baca: di negeri sendiri).
Segala puji bagi Allah, pas beberapa hari kedatangan saya di qatar, bertepatan pula ada dauroh yang diisi oleh ustadz yang datang dari Indonesia. Oleh karena belum punya kartu sakti (baca: residence permit yg sedang in progress), maka saya belum punya kendaraan dan driving licence. Tapi, Alhamdulillah ada ikhwan yang bersedia menjemput dan mengantar saya, semoga beliau diberi keberkahan oleh Allah..
Melalui mereka, saya bertanya banyak seputar sekolah anak, tempat kajian, tempat tahfizhul Qur’an, dimana belajar bahasa arab, dan lain lain. Hal ini membuat saya lebih siap dalam mengarungi kehidupan di tempat yang baru ini.
0 comments:
Post a Comment