Mengenai hal yang termaktub di dalam judul, saya sudah
menulis tentangnya di belajar memasak
Sebuah aktifitas yang muncul bermula dari keprihatinan (waduh bahasanya tingkat
tinggi) kami akan cultural shock dimana ketika kami membeli makanan dan iseng
mengkonversi harganya ke rupiah, kami mendapati harganya mahal untuk ukuran
mata uang kami. Kenapa saya tulis “kami”? iya, karena saya berdua dengan
tetangga yang sama sama belum bisa membawa family kesini. Dia berasal dari
pakistan, dan ketika kami sama sama saling konversi harga dalam mata uang
masing masing negara, kami hanya bisa geleng geleng kepala. Oleh karena itulah
kami memutuskan untuk memasak sendiri.
Saya tidak tahu, sekarang memasak itu sudah jadi hobi atau
memang kondisi yang memaksa? Setelah dipikir pikir lebih dalam, sepertinya sih
hobi (maaf ini pemikiran subjective dari saya.. hehehe).
Alhamdulillah, saya menemukan Indonesian grocery shop di
sini. Setelah berkeliling ke setiap rak tanpa lelah, akhirnya saya menemukan
harta karun terpendam yang selama ini saya cari. Saya mendapati bumbu pecel,
tahu, dan tempe. Inilah harta karun yang terpendam selama ini yang akhirnya
saya temui. Tanpa pikir panjang, saya membelinya. Malamnya saya masak tempe itu
dengan bumbu tepung instan, tidak lupa makanan kebangsaan saya yaitu telur.
Lalu saya campur bumbu pecel itu dengan air hangat. Wow, jadilah makan malam
saya nasi putih kuah pecel, telur mata sapi, dan tahu. Kalau penilaian saya
sendiri sih, makanannya enak. Buktinya habis satu piring.
Ternyata, saya baru menyadari menikmati makanan yang dimasak
sendiri itu enak banget..
Moral of the story 1: Hasil yang didapat dengan perjuangan
dengan tangan sendiri itu sangat nikmat. Contohnya ketika saya Alhamdulillah
baru mendapat untung dari berjualan herbal yang akan dikirim ke Amerika, kalo
dipikir untungnya tak seberapa. Tapi nikmatnya itu lho tak terhitung..
Moral of the story 2: Masakan yang dimasak sendiri, walaupun
kurang enak rasanya. Tetapi tetap saja habis. Hehehehe.
0 comments:
Post a Comment