Pages

Gagal? Why not?

Banyak email JAPRI dan YM yang datang setelah membaca blog saya atau status saya di facebook dan twitter. Banyak yang bilang, "wah sekarang sudah sukses ya?" atau "duh, tambah sukses aja nih" sampai ada yang bijak menasehati,"antara pamer,riya', dan sharing itu beda beda tipis lho... luruskan niat". Di dalam hati yang paling dalam, saya senang sekali, berarti ada yang memperhatikan dan menasehati saya. Memang di blog ini saya sengaja sharing perjalanan bisnis saya, terus terang saya tidak ceritakan kegagalan (baca: belum berhasil atau ongkos belajar) saya. Hal ini saya tujukan agar jika sedang futur (baca: mengalami kemalasan untuk action), saya baca saja blog ini sehingga muncullah energi positif yang bisa menggerakkan "master of gland" saya sehingga dia dapat "menyuruh" tubuh saya segera bertindak dan berbuat agar dapat mendekatkan saya dengan visi yang saya inginkan.

Wahai teman, terus terang saya belum sesukses yang Anda bayangkan. Saya masih dalam tahap belajar, ini sesuai dengan motto blog ini pembelajar sepanjang hayat. Dengan diwisudanya saya dan menjadi sarjana, bukanlah akhir dari proses pembelajaran melainkan langkah awal dari pembelajaran di universitas kehidupan.

Kembali kepada judul tulisan ini, sebaik baik orang gagal adalah ketika mengalami kegagalan, dia pelajari sebab dan akibat kegagalan itu. Istilah kerennya melakukan riset sebab sebab kegagalan dan penanggulangannya agar ke depan tidak mengalami hal yang sama. Dia jadikan kegagalan itu sebagai proses pendidikan baginya. Seburuk buruk orang gagal adalah orang yang terpuruk ketika mengalaminya dan tidak pernah belajar darinya. Kata mentor saya, "justru kegagalan itu penting buat kehidupan Anda, agar terhindar dari sifat sombong, agar selalu mengharap pertolongan Allah dan memperkuat kesabaran, agar Anda dapat belajar darinya". Walaupun saya terbengong bengong karena agak susah mencerna perkataan beliau, saya manggut manggut saja dan berusaha mengerti. Hal ini saya alami sewaktu ikut bimbel sewaktu SMA, dan ternyata saya baru mengerti perkataan beliau itu sekarang, ketika saya mengalami dan menyadarinya. "Hhhmmm.. ternyata kalimat yang aku bingung ketika mendengarnya, ada benarnya juga ya....", batin saya.

Wahai sahabat, saya juga pernah gagal, bahkan sering. Namun tidak saya tuliskan di status YM, Facebook, Twitter, dan blog ini. Sengaja saya ingin menebarkan epos (energi positif) bagi para pembaca status saya. Btw, emang ada ya yang baca??? Paling tidak, saya sendiri yang baca. Untuk bahan sharing saja, "terpaksa" saya ceritakan di blog ini. Sebagai bukti tidak ada manusia yang sempurna. Manusia yang mengalami pasang surut kehidupan, yang mengalami kebahagiaan juga kesedihan, keberhasilan juga kegagalan, keuntungan juga kerugian.

Dimulai dari pengalaman pertama saya sewaktu SMA. Saya sebangku dengan seorang teman namanya fulan (bukan nama sebenarnya... Ton semoga dikau baca hal ini, sorry ya... saya ceritakan kisah ini). Sewaktu masuk SMA, NEM saya jauh lebih tinggi dibanding dengan fulan. Seterusnya, ranking saya dikelaspun lebih bagus darinya.. (Sekali lagi, sorry Ton... ane tahu kok kalo ente orangnya baik). Tapi jangan bicara kalo semangat belajar si fulan, apalagi dikelas tiga, saya kalah jauh. Sementara saya menanggapinya dengan enteng karena saya menganggap toh rangking di kelas saya jauh lebih baik darinya. Tapi apa daya... Ketika pengumuman UMPTN tahun 95, ketika itulah terbayar sudah usaha orang orang yang tangguh. Si fulan namanya ada di koran, sedang saya tidak. Fulan lulus ke Teknik kimia ITB, sedang saya hanya gigit jari. Sampai kali terakhir mencoba, saya tidak lulus juga di ITB. Itu artinya saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada Fulan yang sedang berjuang di Bandung sana, dan saya dengan kepala tertunduk pulang kembali ke Jakarta.

Mau tahu pengalaman ke dua? Penasaran kan? (Ge Er mode On). Peristiwa ini terjadi belum lama ini. Saya bermimpi melanjutkan sekolah tapi apa daya, uang tidak ada. Saya cari beasiswa PT di Indonesia. Jarang sekali ada. Sekalinya ada, harus melampirkan surat keterangan tak mampu... Waduh... Berbohong adalah bukan tipe saya. Sebenarnya saya mampu, tapi cukup untuk kebutuhan operasional keluarga (istri dan sementara ini tiga anak). Saya bingung tentang surat keterangan ini, apakah tak mampu itu adalah tak mampu mencukupi kebutuhan operasional keluarga alias fakir miskin? atau mampu untuk menghidupi keluarga tapi tak mampu untuk tambahan biaya kuliah? kalau maksudnya adalah point 2, saya semangat deh buat surat itu agar bisa kuliah lagi.Akhirnya dengan informasi dari teman, mendaftarlah saya di KFUPM (King Fahd University) di Arab sana. Tidak perlu pake surat keterangan tak mampu. Kuliah gratis, dikasih uang pula. Wah nikmatnya. Namun apa daya, lagi lagi karena kurang waktu dan persiapan sampai pada waktu yang ditentukan, saya belum setor score TOEFL IBT dan GMAT. Walhasil, datanglah "surat cinta" dari Admission officernya bahwa saya ditolak untuk masuk pada tahun ajaran ini.

Mau baca lagi pengalaman ke tiga? Kali ini pengalaman bisnis. Ongkos belajarnya menurut saya yang baru merangkak ini sih cukup banyak, sekitar 7,5 juta. Ongkos itu adalah ongkos menjalankan bisnis semi franchise di bidang kuliner. Dengan modal semangat saja, saya langsung action sewa tempat tiga ratus ribu per bulan dan mempekerjakan dua orang. Berapa lama bertahan? cukup singkat, hanya tiga bulan.. Kenapa? karena salah pilih orang. Dia izin menikah, setelah menikah gak balik balik lagi kerja. Yang kedua adalah salah pilih lokasi, ternyata saya salah menilai bahwa ramai lalu lintas mobil adalah bagus. Apa yang terjadi? lalu lintas sih tetap ramai, tapi jarang ada yang mampir ke tempat kami. Tahu kenapa? Karena mobil dan motornya berjalan ngebut, jadi rada malas mengerem dan berhenti untuk sekedar beli makanan. Sempat terpikir iseng, supaya mobil dan motor jalannya lambat dan melihat gerai kami, saya mau bikin polisi tidur saja. Tapi tak sampai hati saya melakukan itu, akhirnya usaha kuliner inipun bubar dengan sukses.

Mau dengar yang keempat? Sudah ah, cukup tiga saja. Kalau diuraikan satu satu, tidak cukup satu atau dua halaman menjabarkannya. Moral of the story: saya hanya manusia biasa yang sedang belajar di universitas kehidupan. Adapun jika saya tulis status "small winning" saya baik itu di blog, facebook, Twitter, dan lain lain, itu dalam rangka menyebarkan epos (energi positif). Syukur syukur dapat menginspirasi para pembaca (catatan: itupun jika ada yang baca)

Wassalam,
Irwin Juliandi Zubir
Tukang Jahit, sedang belajar jadi peternak,
dan mempunyai mimpi menjadi pendidik

1 comments:

nova ikawardhana said...

selamat yah Bro, semoga segala jerih payah atas usaha dan pengalamannya dapat menjadi sesuatu yg berharga kelak di masa depan.
tetaplah menjadi inspirator dari kawan-kawan di sekitar :)

dariygterbelenggupekerjaan
mr.nova